Saya terpikir untuk mengenyahkan tisu sama sekali dari rumah, atau setidaknya menaruhnya di luar jangkauan, seperti perokok berat yang mencoba berhenti merokok. Tapi, saya tak bisa tahan selama tiga hari (atau dua hari, saya linglung).
Alasannya adalah saya selalu punya kekacauan yang tak akan pernah saya bersihkan dengan saputangan atau handuk dapur, seperti mengeringkan wajah saya yang sangat sensitif. Anda tahu, handuk mandi sekalipun bisa membuat muka saya jerawatan.
Dan saya menyebutnya "kekacauan" karena, ya ampun, saya tak suka melihatnya di cermin. Tapi saya pikir itulah idenya: larangan total tidaklah praktis. Jadi saya mengubah rencananya untuk hanya memakai tisu saat mengeringkan wajah.
Hasilnya, saya biasanya hanya mengambil dua lembar tisu per hari: selembar setelah mandi dan selembar lagi setelah cuci wajah malam. Tisu-tisu ini tak langsung saya buang; sengaja saya taruh di atas meja saya. Esok pagi, setelah kering, saya pakai untuk mengelap laptop.
Ya, kadang lebih dari itu. Secara bertahap, tepatnya intuitif, saya mengembangkan strategi kapan sebaiknya menggunakan tisu daripada kain lap. Jika kekacauan berasal dari mulut dan membutuhkan effort besar untuk meraih air, tisu adalah sahabat saya saat itu.
Tapi di luar "kekacauan sesekali" itu, saya bergantung pada saputangan dan handuk kecil untuk segalanya. Saya bahkan mendorong diri saya untuk melihat seberapa serius saya dan seberapa efektif eksperimen ini untuk menjaga lingkungan dari limbah domestik.
Saya memasak nugget dan kentang goreng dengan handuk kecil tergantung di pundak saya untuk membersihkan percikan minyak dan remah-remah. Ketika tiba-tiba saya tertarik untuk membaca buku yang sudah lama berdebu di ujung rak, saya memakai saputangan.
Keduanya berukuran kecil, amat murah, begitu menyerap, bisa digunakan berulang kali, dan tak kalah praktisnya dengan tisu sekali pakai. Lebih penting lagi, itu dapat diandalkan untuk hampir semua kekacauan.
Kadang-kadang, handuk kecil dan saputangan hanya membutuhkan bilasan air hangat untuk siap digunakan kembali. Kadang-kadang, mereka perlu dilempar ke dalam cucian. Terlepas dari itu, lap murah ini selalu kembali.
Dengan memakai tisu, kita membuang kekacauan kita ke dalam tempat sampah, tak pernah memikirkannya lagi. Kita mengenyahkan noda-noda kita ke jalan untuk membiarkan orang lain (bahkan planet ini) untuk menanganinya.
Sebaliknya, dengan menggunakan saputangan dan handuk kecil, karena saya mencuci dan mengeringkannya sendiri, saya membuat kekacauan dan menanganinya sendiri. Jadi, Anda tahu, tanggung jawab kita terhadap planet ini bisa dimulai dari sehelai kain lap.