Sebuah perhitungan memperkirakan bahwa limbah semua jenis tisu menyumbang sekitar 1/1500 emisi gas rumah kaca dunia. Itu tak akan menghancurkan bumi, eh? Tapi jika dilihat dari total emisi karbon di dunia, angka tersebut sebenarnya cukup tinggi.
Emisi gas rumah kaca global diperkirakan mencapai 50 miliar metrik ton. Ini berarti produksi tisu mengeluarkan sekitar 33 juta metrik ton gas rumah kaca setiap tahunnya. Bagian yang penting adalah "setiap tahun", karena ini berarti emisi tersebut berulang dan bertambah.
Memang, seperti produk kertas lainnya, tisu dapat terurai secara hayati. Namun, kita harus menempatkan ini ke dalam perspektif. Di TPA, penguraian sampah sangat lambat, dan tisu biasanya bercampur dengan produk lain sehingga lebih lama lagi untuk terurai.
Tisu diperkirakan benar-benar terurai setelah 3-5 bulan, tapi tisu basah bisa terurai setelah 50-100 tahun. Itu karena tisu basah mengandung mikroplastik tertentu yang membuatnya sulit terurai seperti sampah plastik lainnya.
Lagi pula, tisu kering pun menghasilkan sampah plastik. Setiap tisu yang kita beli tidak dalam keadaan telanjang, bukan? Dan kita telah diberitahu secara luas bahwa plastik memerlukan waktu ratusan tahun untuk benar-benar terurai.
Ini seperti Anda meninggalkan warisan untuk cicit Anda: "Inilah, cicit-cicitku yang tercinta, wadah tisu yang Abah pakai di tahun 2024, masih ada di sini pada tahun 2124!" Ya, mungkin bukan Anda yang menyampaikannya langsung.
Jika Anda berpikir untuk membuang tisu ke toilet, jangan lakukan, tolong. Itu mungkin akan mengurangi limbah tisu di tempat sampah, tapi sangat buruk untuk pipa pembuangan. Beda dengan tisu toilet yang aman bagi septik, tisu wajah sulit terurai di dalam air.
Tisu basah adalah yang terburuk. Mereka mengandung serat plastik yang tak hanya sulit terurai secara hayati, tapi juga membentuk gumpalan besar bercampur minyak (biasanya disebut fatberg) yang menyumbat saluran pembuangan dan membahayakan kehidupan air.
Dan jika Anda berpikir untuk mendaur ulang tisu, ya, rumit dan kompleks. Secara teknis, tisu bisa didaur ulang, tapi tidak dalam pengertian praktis. Kertas tisu bisa didaur ulang selama belum tercampur dengan kontaminan, seperti minyak dan glitter.
Dengan kata lain, proses daur ulang membutuhkan kertas tisu yang murni dan tak tercemar. Tapi kita memakai tisu untuk membersihkan sesuatu, bukan? Siapa orang yang membeli tisu baru hanya untuk dikirim ke pusat daur ulang?
Tobat tisu, tobat ekologis
Atas alasan-alasan itu, saya coba bereksperimen selama seminggu tanpa menggunakan tisu. Saya takut tugas ini akan lebih sulit daripada yang dibayangkan ketika, pada hari pertama, saya secara tak sadar mengambil tisu untuk membersihkan keyboard laptop.