Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Benarkah Media Digital Merusak Kemampuan Membaca Kita?

27 Oktober 2023   09:49 Diperbarui: 28 Oktober 2023   00:20 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, ada jenis-jenis konten yang lebih cocok untuk dibaca menggunakan media cetak: mengapa terjadi polarisasi politik, bagaimana awal mula alam semesta, mengapa demokrasi banyak dianut, atau karya-karya sastra.

Intinya, jika Anda benar-benar perlu mempelajari sesuatu secara mendalam, pilihlah media cetak. Menurut banyak penelitian, ketika harus mempelajari sesuatu yang relevan dengan bidangnya, mahasiswa lebih memilih media cetak daripada digital. Pilihan ini tepat.

Saya tak bilang bahwa biang keladinya adalah digitalisasi.

Terkadang kita bahkan tak punya pilihan. Saat perpustakaan dan toko buku terbatas, bacaan digital bisa menjadi penyelamat. Buku digital juga biasanya lebih murah daripada buku cetak dan, tentu saja, kita tak perlu pohon untuk memproduksi buku digital.

Terlebih, blog merupakan suatu anugerah tersendiri bagi saya yang suka menulis. Beberapa pencarian di Google, beberapa klik cepat pada hyperlink, dan saya sudah mendapatkan fakta penting atau kutipan bernas yang saya cari.

Balik lagi ke krisis pribadi saya.

Bukan karena media digital mengurangi rentang perhatian saya sehingga saya tak bisa lagi membaca "War and Peace". Teknik skimming dan scanning yang saya pakai saat membaca digital bukanlah kesalahan, tapi berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi.

Masalahnya adalah bahwa saya membawa kebiasaan tersebut ketika saya membaca konten yang panjang dan rumit, misalnya buku-buku politik. Teknik yang "salah tempat" ini akhirnya membuat saya kewalahan dan kesal sendiri. Saya hilang keseimbangan.

Jadi, kesimpulannya, media cetak dan media digital mempunyai tempatnya masing-masing. Tak ada yang lebih baik dari yang lain, meskipun keduanya berbeda. Dan karena keduanya berbeda, berarti cara kita berinteraksi dengan keduanya juga harus berbeda.

Jika kita ingin memahami sesuatu secara mendalam dan tenggelam dalam suatu bacaan, media cetak sebaiknya menjadi pilihan utama. Terkadang, ketika saya menemukan artikel blog yang panjang dan berat, sekaligus menarik dan penting, saya mencetaknya.

Namun, jika kita ingin mencari informasi singkat secara cepat, internet tampaknya adalah pilihan terbaik. Atau, seperti yang biasanya saya lakukan, kita bisa mengombinasikan keduanya: membaca digital, tapi tangan bergerak aktif mencatatnya di kertas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun