Kelembutan yang saya temukan dalam persahabatan masa kecil saya terus memudar. Hampir setiap persahabatan yang saya coba sebagai orang dewasa hanya semakin menyadarkan saya tentang betapa terasingnya saya dari masa kecil saya.
Percakapan saya dengan teman-teman lelaki biasanya berkisar pada bagaimana rencana kami setelah kuliah. Jika ada satu hal yang menyamakan kami, itu adalah harapan bahwa kekayaan dan prestise datang kepada kami sebelum kami beruban.
Sejujurnya saya kecewa. Saya juga punya harapan yang kurang-lebih sama, tapi terlalu sering membicarakannya bikin saya muak. Saya ingin membicarakan bintang-bintang di langit malam kemarin, atau pohon besar yang meneduhi kami selagi kami mengobrol.
Namun, obrolan seperti itu jarang diapresiasi. "Siapa yang peduli?" balas seorang teman saat saya memberitahunya bahwa biru pada kupu-kupu Blue Morpho adalah sejenis ilusi. Kami lama mengobrol, tapi saya merasa sangat berjarak dan terisolasi.
Ada semacam kode etik yang tak terucapkan dalam interaksi kami, bahwa laki-laki tak boleh terlalu ekspresif atau membahas persoalan kupu-kupu, bahwa laki-laki harus bersikap dingin dan membicarakan sepak bola atau suasana politik baru-baru ini.
Demikianlah, secara umum, saya pikir persahabatan pria perlu perhatian segera. Ini bukan berarti persahabatan wanita tak punya celah. Namun, perasaan saya, persahabatan pria membutuhkan lebih banyak perancah sosial daripada persahabatan wanita.
Persahabatan pria dan wanita itu berbeda
Walau sulit mempercayainya, persahabatan pria dan wanita itu berbeda. Persahabatan wanita biasanya lebih personal: siapa diri Anda adalah hal terpenting. Sebaliknya, persahabatan pria cenderung berpusat pada aktivitas atau keanggotaan.
Artinya persahabatan pria lebih mementingkan apa yang Anda lakukan daripada siapa Anda. Inilah mengapa pria masih bisa akrab dengan seorang anonim, asalkan keduanya punya satu-dua ketertarikan yang sama. Wanita juga bisa, tentu saja, tapi pria jarang terusik olehnya.
Dalam konteks ini, kebanyakan pria tampaknya tak masalah dengan siapa mereka berteman, tapi akan lebih mudah kalau kenalannya juga menyukai sepak bola atau badminton atau pajak atau apa pun itu.
Lewat pengalaman bersama seperti itu, laki-laki mengembangkan hubungan mendalam yang tak didasarkan pada komunikasi antar-pribadi, tapi pada pengalaman emosional bersama. Ini membuat persahabatan pria lebih sederhana, tapi mungkin lebih dangkal pula.