Matahari itu datar. Lumba-lumba adalah sejenis ikan. Limpa merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Apa reaksi pertama Anda? Kemungkinan besar, Anda akan terkejut dengan ketidaktahuan saya sambil tertawa kecil.
Kebanyakan orang tak tahan mendengar atau melihat pernyataan yang (dianggap) salah. Lihat saja forum online atau media sosial seperti Quora dan Twitter: pernyataan yang salah bakal ditanggapi dengan argumen yang menggebu-gebu dan pengetahuan yang mengalir deras.
Saya ingat seorang teman tergagap-gagap dan tersedak karena tergesa-gesa mengoreksi saya, setelah saya bilang bahwa Jakarta adalah kota terpadat di dunia. Dia jelas ingin membuka mata saya terhadap kebenaran.
Dia menyodorkan bukti dari internet bahwa kota terpadat di dunia adalah Tokyo, kemudian menjelaskan alasannya secara rinci. Dia benar. Saya mendengarkan. Saya tahu bahwa Jakarta bukan kota terpadat di dunia, tapi saya tak tahu apa jawaban tepatnya. Saya bereksperimen.
Dari situ saya mendapati kesimpulan aneh: kadang kita belajar lebih banyak tentang sesuatu ketika kita sengaja melontarkan “fakta yang salah” ketimbang kalau kita bertanya. Alasannya cukup mendasar: orang lebih senang mengoreksi daripada sekadar menjawab.
Kita manusia mencoba mengatur dunia di sekitar kita sesuai dengan gagasan kita tentang apa yang benar. Hasrat ini begitu kuat sampai-sampai sering memengaruhi perilaku kita. Inilah mengapa kita merasa tak tahan untuk mengoreksi orang yang salah.
Salah satu cara halus untuk melihat (atau mungkin, membuktikan) kecenderungan semacam itu adalah dengan menggunakan Hukum Cunningham.
Ironi Socrates di zaman internet
Hukum Cunningham adalah sebentuk prinsip yang menyatakan bahwa “cara terbaik mendapatkan jawaban yang benar di internet bukanlah dengan mengajukan pertanyaan, melainkan dengan memposting pernyataan yang salah.”
Ketika kita mengajukan pertanyaan di internet, entah forum diskusi atau media sosial, kita berharap seseorang akan meluangkan waktu untuk membantu kita. Hukum Cunningham agak lain: untuk memperoleh jawaban yang benar, kita sebaiknya memposting jawaban yang salah.
Misalnya, katakanlah saya sedang mencari tahu bintang paling terang di langit malam. Alih-alih mengajukan pertanyaan secara langsung, saya memposting pernyataan begini: “Vega adalah bintang paling terang di langit malam.”