Saya tak tahu apakah karier saya masih bakal selamat. Masalahnya jelas bukan pada mereka, melainkan sistem sosial-politik yang lebih rumit. Jika mereka terus dipaksa mundur ke dalam diri mereka sendiri, persoalan sistemik yang menyiksa mereka tak akan pernah teratasi.
Itu adalah personalisasi yang berlebihan, sekaligus contoh yang mengerikan. Mari kita buat lebih sederhana. Jika kondisi Bumi makin memburuk hingga sulit untuk bernapas, orang tak akan bisa jogging atau meditasi seperti yang disarankan guru-guru self-help.
Orang tak bisa meningkatkan produktivitasnya kalau mereka terus dieksploitasi oleh bosnya. Mereka yang berasal dari ras minoritas bakal seterusnya merasa rendah diri kalau persoalan diskriminasi diabaikan.
Pada intinya , penting untuk memeriksa dan memperbaiki diri sendiri, tapi solusinya tak lengkap. Inilah mengapa sebagian besar akademisi dan aktivis kurang antusias terhadap tema-tema self-help: ini membuat orang tak menyadari dirinya sedang dihegemoni.
Sebagai penutup, mengingat saya sudah lama berhenti membaca buku-buku bertemakan self-help, perlu saya akui bahwa industri ini sering menyajikan wawasan yang menghibur. Namun secara bersamaan, saya juga merasa terganggu.
Ketika semua buku atau konten mendorong saya sepanjang waktu untuk menjadi lebih baik, lebih pintar, dan lebih bijaksana, saya bisa mulai merasa ditekan dan diburu. Semua itu ialah kesempatan untuk memperbaiki diri, sekaligus kesempatan untuk gagal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H