Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

7 Persoalan dalam Industri Self-Help yang Patut Diwaspadai

12 Maret 2023   06:00 Diperbarui: 13 Maret 2023   03:34 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku-buku self-help biasanya menjadi best-seller, tetapi ada beberapa persoalan serius tentangnya | Ilustrasi oleh Thought Catalog via Pixabay

Saya tak tahu apakah karier saya masih bakal selamat. Masalahnya jelas bukan pada mereka, melainkan sistem sosial-politik yang lebih rumit. Jika mereka terus dipaksa mundur ke dalam diri mereka sendiri, persoalan sistemik yang menyiksa mereka tak akan pernah teratasi.

Itu adalah personalisasi yang berlebihan, sekaligus contoh yang mengerikan. Mari kita buat lebih sederhana. Jika kondisi Bumi makin memburuk hingga sulit untuk bernapas, orang tak akan bisa jogging atau meditasi seperti yang disarankan guru-guru self-help.

Orang tak bisa meningkatkan produktivitasnya kalau mereka terus dieksploitasi oleh bosnya. Mereka yang berasal dari ras minoritas bakal seterusnya merasa rendah diri kalau persoalan diskriminasi diabaikan.

Pada intinya , penting untuk memeriksa dan memperbaiki diri sendiri, tapi solusinya tak lengkap. Inilah mengapa sebagian besar akademisi dan aktivis kurang antusias terhadap tema-tema self-help: ini membuat orang tak menyadari dirinya sedang dihegemoni.

Sebagai penutup, mengingat saya sudah lama berhenti membaca buku-buku bertemakan self-help, perlu saya akui bahwa industri ini sering menyajikan wawasan yang menghibur. Namun secara bersamaan, saya juga merasa terganggu.

Ketika semua buku atau konten mendorong saya sepanjang waktu untuk menjadi lebih baik, lebih pintar, dan lebih bijaksana, saya bisa mulai merasa ditekan dan diburu. Semua itu ialah kesempatan untuk memperbaiki diri, sekaligus kesempatan untuk gagal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun