Otak kita mengaktifkan kembali unsur-unsur apa saja yang kita rasakan dan perhatikan sejak awal. Jadi, jika kita ingin mengingat sesuatu, di atas segalanya, kita perlu memerhatikan apa yang sedang terjadi.
Dalam hal ini, kita memerlukan dua hal: persepsi (melihat, mendengar, mencium, merasakan) dan konsentrasi. Memori kita bukanlah sebuah kamera yang otomatis merekam setiap gambar dan suara, lalu kita bisa menontonnya ulang setiap kali diperlukan.
Suatu waktu saya sedang di kost dan seorang kurir menelepon, hendak mengantar paket ke rumah saya tapi agak bingung dengan alamatnya. Dia bertanya, "Cat rumahnya warna apa?" Saya terkejut dan berpikir keras; saya tak ingat persis apakah pink atau biru.
Padahal saya telah tinggal di rumah itu sejak lahir, tapi saya tak pernah ingat warna cat dindingnya. Ke mana saja saya selama ini? Pendek kata, saya tak memerhatikan hal-hal semacam itu.
Kita hanya bisa menangkap dan mempertahankan apa yang kita perhatikan. Problemnya, kita hidup dalam sebuah era yang menyulitkan kita untuk berkonsentrasi. Kita diliputi berbagai distraksi (ponsel dan segala notifikasinya) yang mencuri perhatian kita, memori kita.
Dengan demikian, mengurangi, atau bahkan menyingkirkan, hal-hal yang mengganggu fokus kita bakal memperbaiki kinerja memori kita. Ini termasuk menghindari multitasking, sebab perhatian yang terpecah akan secara signifikan menghambat pembentukan ingatan.
Sekalipun informasi berhasil dikonsolidasikan saat perhatian kita terpecah, memori mungkin tak akan cukup kuat untuk mengingatnya nanti secara penuh. Demikianlah, kita memerlukan perhatian terfokus untuk meletakkan ingatan dengan kekuatan dan akurasi maksimal.
Sedikit kafein (tidak terlalu banyak dan tidak dalam 12 jam sebelum tidur malam) bisa membantu kita dalam menangkal distraksi dan meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, yang berarti juga membangun ingatan jangka panjang.
2. Buat jadi bermakna
Kita cenderung memerhatikan, dan karenanya mengingat, apa yang menurut kita bermakna, menarik, baru, mengejutkan, signifikan, emosional, dan berdampak. Otak kita menangkap detail-detail semacam itu. Kita mengabaikan dan melupakan sisanya.
Itu berarti, otak kita tak tertarik untuk mengingat apa yang membosankan atau sepele. Bila kita ingin mengetahui dan mengingat lebih banyak hal, pastikan informasi tersebut bermakna dan berkesan bagi kita. Otak kita menyukai makna.
Misal, saya makan siang di jam yang hampir sama setiap hari. Jika ditanya apa yang saya santap seminggu lalu, saya tak ingat sama sekali. "Kesamaan adalah ciuman kematian untuk ingatan," tulis Lisa Genova.