Buku ini memikat saya bukan hanya karena narasinya yang mengesankan, namun terutama membuat saya menghargai kegiatan pembelajaran dan menulis sebagai aktivitas yang layak bagi dirinya sendiri.
Apa yang saya hasilkan darinya, entah materi atau status sosial, hanyalah efek samping yang tak perlu diharapkan. Dengan keterlepasan semacam ini, aktivitas belajar dan menulis bukan lagi beban pikiran. Justru, ini adalah rekreasi pikiran.
Ada alasan bagus untuk mengatakan bahwa buku ini akan ditentang keras oleh mereka yang tak nyaman dengan dunia ide dan gagasan. Namun, buku ini tak sesempit itu dan memang tak bermaksud untuk menekankan dunia intelektual sebagai puncak profesi.
Orang bisa menemukan kebahagiaannya dalam olahraga, atau memasak, atau memancing, atau sesederhana berkebun di pekarangan rumah. Hitz lebih tepatnya hendak mengingatkan kita tentang siapa kita dulu dan akan jadi siapa kita.
Buku ini merupakan kisah yang mengharukan tentang mengapa memperbarui kehidupan batin kita adalah dasar untuk menjaga kemanusiaan kita.Â
Dalam kaitannya dengan menulis, jika Anda seperti saya, buku ini akan membuat Anda hanyut dalam pikiran dan tulisan. Dan ini adalah aktivitas yang beraroma surgawi. Saya rasa begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H