Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlukah Berdebat?

26 Agustus 2022   22:15 Diperbarui: 26 Agustus 2022   22:20 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau sudah begitu, orang akan hidup dalam gelembungnya sendiri-sendiri, menjadi pribadi dogmatis yang hanya meyakini pandangannya sendiri sebagai kebenaran tunggal. Sikap ini tidak membantu kita untuk mengembangkan pemikiran, malah merupakan racun bagi pikiran.

Debat yang keliru adalah manakala orang telah berhenti memberikan alasan mereka sendiri dan mencari alasan untuk posisi yang berlawanan.

Dengan kata lain, mereka terus mengklaim kesimpulannya sebagai benar tanpa alasan atau bukti apa pun. Namun, mereka punya seribu dalih dan tuduhan bahwa pendapat lawan adalah salah. Pada dasarnya, dalam kasus ekstrem, mereka termasuk kaum fanatik.

Bahkan ketika mereka memberi dan/atau menerima alasan, mereka melakukannya dengan cara yang bias dan tidak kritis, sehingga mereka gagal untuk bernalar dalam setiap sisi masalah. Mereka tidak menyelesaikan apa pun selain menambah persoalan.

Mengapa Harus Berdebat?

Dulu saya mengira bahwa tidak satu pun mamalia yang bertelur hingga suatu waktu tanpa sengaja, saya membaca sebuah artikel bahwa monotremata adalah mamalia yang bertelur. Saya bisa saja mempermasalahkan itu, tapi saya memilih untuk tidak melakukannya.

Apa pentingnya bagi kelangsungan hidup kita, khususnya bagi diri saya sendiri, bahwa ternyata monotremata adalah mamalia yang bertelur? Terkait hal-hal sepele seperti ini, kiranya kita punya alasan bagus untuk menghindari perdebatan dan beralih fokus pada problem-problem yang lebih serius.

Begitulah, kita tidak boleh menghindari argumen manakala argumen tersebut dapat mengubah hidup kita secara besar-besaran. 

Kita tidak semestinya menghindari perdebatan jikalau problem yang dibahas berkaitan erat dengan hajat hidup orang banyak, terutama soal diri kita sendiri.

Mungkin lawan bicara kita tidak mendengarkan. Tapi, kita tidak perlu berharap sebanyak itu. Hal demikian hanya menunjukkan bahwa argumen belaka tidak selalu cukup dengan sendirinya untuk mendorong keyakinan atau tindakan tertentu.

Bayangkan kita terjebak dalam sebuah hutan dan harus menyalakan api untuk menghangatkan badan, juga demi bertahan hidup. Sebuah korek api tidak selalu menyala setiap kali kita menggeseknya.

Kadang korek apinya basah, kadang tidak cukup gesekan, kadang kurang oksigen. Kadang kalaupun menyala, apinya terlalu kecil. Masalahnya, kita tidak punya jalan lain kecuali menggesek korek api itu hingga menyala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun