Orang biasanya menganggap perdebatan sebagai suatu percakapan kasar, penuh makian dan tidak menyelesaikan apa pun selain menambah persoalan. Malah, kita sering mengutip pepatah "diam adalah emas" sebagai dalih untuk menghindari terjadinya perdebatan.
Beberapa sentimen lainnya, bila diperiksa cepat-cepat, juga turut mengisyaratkan bahwa perdebatan adalah sesuatu yang tercela.
Semisal, penulis dan motivator terkemuka dari Amerika Serikat Dale Carnegie pernah mencatat, "Saya sampai pada kesimpulan bahwa hanya ada satu cara di bawah langit yang tinggi untuk mendapatkan argumen terbaik, dan itu adalah menghindarinya. Hindari itu karena Anda akan menghindari ular derik dan gempa bumi."
Kemudian pengarang dari Irlandia Oscar Wilde, dan saya sangat mengagumi karya-karyanya, pernah menulis, "Argumen harus dihindari, mereka selalu vulgar dan sering meyakinkan."
Keduanya kira-kira mau mengatakan bahwa, bagaimanapun caranya, kita harus menghindari argumen, atau lebih tepatnya adu argumen. Dan tentu sangat menyenangkan untuk membuat klaim seperti itu, tetapi sekarang kita perlu bertanya apakah itu benar serta akurat.
Jawaban ringkas saya: tentu saja tidak. Pernyataan mereka sangat ekstrem dan berlebihan. Yang (lebih) benar adalah, meskipun kita tidak selalu bisa bertukar penalaran dengan semua orang, batasan itu tidak menunjukkan bahwa argumen dan penalaran selalu sia-sia.
Memang, berdebat (terutama yang biasa kita temukan dalam kolom komentar media sosial) dapat membuat orang frustrasi dan jengkel, malah sering kali berakhir tanpa kesimpulan. Lawan berdebat sering tidak mendengarkan, dan itu hanya membuang-buang energi.
Namun, gambaran semacam itu tidaklah adil karena hanya memotret sebagiannya saja. Kita perlu memeriksa lebih lanjut tentang seluk-beluk perdebatan, mulai dari definisi hingga kapasitasnya dalam memecahkan suatu problem.
Apa Itu Debat?
Secara umum, debat biasa diartikan sebagai kegiatan adu argumen di mana para partisipan mendiskusikan suatu topik dari dua sisi yang berlawanan. Lebih singkatnya lagi, meskipun menjadi kurang definitif, kita dapat mengambil tiga kata pertama: kegiatan adu argumen.
Definisi itu sudah melukiskan gambaran besar mengenai perdebatan, namun masih belum terlalu jelas. Kita perlu menjabarkan maksud dari argumen itu sendiri.