Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlukah Berdebat?

26 Agustus 2022   22:15 Diperbarui: 26 Agustus 2022   22:20 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stigma yang melekat pada debat sering membuat orang percaya bahwa debat harus dihindari | Ilustrasi oleh Gerd Altmann via Pixabay

Namun, si pelanggan protes, "Ini bukan argumen; ini hanya soal kontradiksi. Sebuah argumen bukan sebatas kontradiksi."

Di sinilah kita mendapatkan poin ketiga bahwa argumen bukan sekadar saling membantah atau saling menyangkal. Jika saya membuat sebuah klaim, saya tidak bisa berargumen melawan klaim seseorang dengan sebatas mengatakan "Tidak".

Mengapa begitu? Si pelanggan memberitahu kita, "Argumen adalah sebuah proses intelektual."

Memang tidak dijelaskan lebih jauh tentang apa yang membuat sesuatu intelektual, tapi salah interpretasinya adalah bahwa suatu argumen perlu menghadirkan semacam bukti atau alasan, sedangkan penyangkalan belaka tidak memberikan bukti atau alasan apa pun terhadap klaim yang ditolak.

Poin itu mendorong si pelanggan untuk membentuk definisinya sendiri: "Argumen adalah serangkaian pernyataan yang saling terhubung, yang dimaksudkan untuk membangun proposisi." Pertanyaannya, apakah definisi ini sudah tepat?

Walter Sinnot-Armstrong, dalam bukunya Think Again: How to Reason and Argue, mengoreksi sedikit definisi tersebut dengan mengganti kata "membangun" menjadi "menyajikan alasan".

Dengan begitu, argumen adalah serangkaian pernyataan yang saling terhubung, yang dimaksudkan untuk menyajikan alasan bagi suatu proposisi. Serangkaian pernyataan di sini dapat juga disebut premis, sedangkan proposisinya merupakan kesimpulan.

Jika perlu dipadatkan lagi, meskipun terkesan mereduksi, argumen setidaknya memerlukan serangkaian premis untuk membuktikan suatu kesimpulan.

Demikian pula, bila debat berarti kegiatan adu argumen, maka tujuan berdebat adalah untuk mengungkapkan kesimpulan yang saling berlawanan dari suatu topik berdasarkan alasan atau bukti tertentu.

Audiens mesti dibuat paham tentang mengapa kesimpulan itu benar atau mengapa para pembicara mempercayai kesimpulannya masing-masing.

Penjernihan tersebut sangatlah penting supaya kita bisa menilai kapan suatu "perdebatan" benar-benar layak disebut perdebatan. Jika perdebatan dilakukan dengan keliru, orang sering kali menjadi alergi terhadap yang namanya perdebatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun