Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Menafsir Novel "Orang Asing" Karya Albert Camus

6 Juli 2022   10:21 Diperbarui: 9 Juli 2022   15:45 3685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang Asing merupakan novel yang mengawali filsafat Albert Camus tentang Absurdisme | Foto via Latercera.com

Albert Camus, khususnya di Indonesia, banyak dicitrakan sebagai pembawa suara moral, dan suara moral yang dibawakan Camus terasa sangat memikat karena pada dasarnya dia mengusung sebuah afirmasi baru ke dalam eksistensi kita, di tengah kekacauan arah dan arti.

Dalam segi tertentu, Camus kembali meneguhkan nilai-nilai yang secara luas dan tradisional diterima, sebab bila hidup terus-menerus diiringi ketidakjelasan dan keruwetan, gagasan Camus tentang Absurdisme tampak akan selamanya relevan.

Lahir dalam kemiskinan di Aljazair kolonial, Camus memulai kariernya sebagai jurnalis yang meliput pengadilan pidana. Pengadilan pembunuhan yang dihadirinya pada suatu waktu, besar kemungkinan, menjadi pengaruh besar pada pengembangan dan fondasi utama novel monumentalnya, Orang Asing (Prancis: L'Etranger).

Novel gelap inilah yang menandai masuknya Albert Camus ke tengah orbit penulis di Paris, yang kemudian hari dianugerahi penghargaan Nobel sastra.

Saya sebenarnya membaca novel ini sekitar setahun yang lalu, tetapi saya membacanya ulang karena kesan pertama saya terhadap narasi Camus dalam novel ini begitu kuat, sehingga muncul kerinduan untuk merasakannya sekali lagi, dan mungkin sekali lagi di lain waktu.

Praduga-praduga saya yang meluap sepanjang cerita, ketika pertama kali membacanya, tidak banyak meleset, namun sering dipatahkan oleh reaksi tokoh protagonis, Meursault, yang begitu datar, acuh tak acuh, dan tiba-tiba menarik simpati.

Bisa dibilang, Orang Asing diisi dengan simbol berlapis-lapis dan diucapkan melalui gaya penulisan Camus yang lugas. Dia menggunakan bahasa kiasan yang minimal sehingga lebih sering langsung merujuk ke titik apa yang Meursault rasakan (atau tidak rasakan).

Kendati begitu, kemahiran lirisisme Camus tetaplah brilian.

Sejak kalimat pembuka, kita sudah dapat menilik contohnya. Novel The Stranger (1942) diawali dengan aneh: "Hari ini ibuku meninggal. Atau mungkin kemarin, aku tidak tahu."

Pikiran tersebut sangat langsung dan merupakan refleksi dari keseluruhan narasi Meursault (sudut pandang orang pertama). Dia tak ragu untuk mengatakan apa yang dipikirkannya; sama sekali tak mencoba untuk menyamarkan narasinya dengan bahasa atau kualifikasi yang sembrono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun