Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

11 Pelajaran Berharga dari Patrick Star tentang Kehidupan

27 Januari 2022   11:25 Diperbarui: 1 April 2022   10:58 11910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meskipun konyol dan lugu, kita bisa belajar banyak hal dari Patrick Star | Gambar dari Nickelodeon via YouTube

Paradoks Dunning-Krugger merupakan istilah dalam psikologi yang merujuk pada fenomena bias kognitif di mana seseorang keliru menilai kemampuannya sendiri. Orang yang mengalaminya akan merasa kemampuan mereka jauh lebih tinggi dari yang sebenarnya.

Paradoks inilah yang mendasari keseharian kita sering dibisingkan oleh orang-orang yang sok tahu, utamanya di media sosial. Mereka terjebak dalam superioritas ilusif sehingga merasa kemampuannya lebih hebat daripada orang lain pada umumnya.

Perpindahan dari "tidak tahu" menjadi "sedikit tidak tahu" adalah sesuatu yang dramatis sehingga orang sering melebih-lebihkannya menjadi "sangat tahu". Mudahnya, orang menjadi tidak tahu akan ketidaktahuannya sendiri.

Patrick melukiskan paradoks ini dengan humor bahwa "orang bodoh tidak menyadari betapa bodohnya mereka". Dapat dikatakan, selama orang mengakui "kebodohannya" sendiri, sebenarnya mereka bukan orang bodoh. Mereka hanya membuka gerbang pembelajaran.

Seperti yang juga dikatakan Bertrand Russell, "Seluruh masalah dengan dunia adalah bahwa orang bodoh dan fanatik selalu begitu yakin akan diri mereka sendiri, dan orang yang lebih bijaksana penuh dengan keraguan."

Lebih menakjubkannya lagi, Russell mengatakan itu jauh sebelum munculnya internet.

2. Terkadang masalahnya adalah cara kita sendiri dalam memandang masalah

Dalam banyak momen (bila terlalu naif untuk dikatakan "setiap momen"), berat atau tidaknya sebuah masalah tidak berasal dari apa adanya masalah itu sendiri, melainkan dari kesan kita terhadapnya.

Perspektif kita memainkan peran vital dalam memengaruhi kadar kerumitan suatu masalah. Dengan demikian, cara kita membaca realitas akan selalu memengaruhi bagaimana kita meresponsnya.

Kadang-kadang kita menyangkal suatu masalah karena merasa yakin bahwa kita tidak akan mampu menyelesaikannya. Kita mengingkari kenyataan karena semata-mata terasa nyaman; namun di lain waktu, masalah itu datang kembali dengan lebih rumit.

Banyak masalah kecil yang kemudian didramatisasi untuk menyesuaikannya dengan tingkat stres yang kita inginkan. Pada momen ini, masalahnya bukanlah sesuatu yang menekan kita dari luar, melainkan paradigma kita sendiri yang membesar-besarkan derajat masalah.

Seperti yang Patrick pernah katakan, "Terkadang kita harus masuk jauh ke dalam diri sendiri untuk memecahkan masalah kita."

3. Apa yang selalu ada bukan untuk ditolak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun