Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paradoks Kemajuan: Alasan Mengapa Orang Kaya tetap Sulit Bahagia

7 Januari 2022   09:52 Diperbarui: 18 Juni 2022   22:09 2981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak penelitian yang menemukan bahwa kekayaan tidak berkorelasi positif dengan kebahagiaan | Ilustrasi oleh Frantisek Krejci via Pixabay

Ada sesuatu yang aneh ketika keuangan saya jauh membaik di suatu waktu. Mulanya saya hendak menyusun daftar pendek perihal keinginan saya yang selama ini tertunda. Saya menulis setiap poin dengan gembira; fakta bahwa sebentar lagi saya akan membelinya.

Tetapi daftar itu tidak menemukan poin akhir. Ironisnya, saya menulis daftar yang (terlalu) panjang dan jelas-jelas melampaui kemampuan saya sendiri untuk membelinya. Perasaan tidak puas pun mulai menghantam bagaikan ombak yang kedatangannya tidak diduga-duga.

Apa yang kemudian saya sadari adalah, saya terjebak dalam "ilusi-uang".

"Ilusi-uang" merupakan istilah saya sendiri yang sedikitnya melukiskan fenomena mayoritas orang yang mulanya menganggap uang dapat memuaskan mereka, tapi justru yang mereka dapatkan hanyalah ketidakpuasan lainnya yang sebelum itu tidak pernah terpikirkan.

Kini kita mendapati fenomena itu sebagai sesuatu yang marak terjadi pada orang-orang "besar", dan ini adalah kesempatan bagi mereka yang malas untuk berkata, "Uang tidak memberimu kebahagiaan."

Meskipun terdengar konyol dan tampak seperti pelarian, tetapi petuah tersebut tidak sepenuhnya keliru.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan awal tahun 2018, seorang peneliti memberikan kesimpulan yang mengejutkan bahwa "sepanjang spektrum pendapatan-kekayaan, pada dasarnya semua orang mengatakan (perlu) dua atau tiga kali lipat" untuk benar-benar bahagia.

Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa semakin kaya kita, semakin kita menjadi kurang bahagia. Studi tersebut menemukan bahwa ketika kita mencapai pendapatan rumah tangga tertentu ($95.000 per tahun dalam skala global), tingkat kepuasan dan kesejahteraan hidup semakin rendah.

Apa yang salah? Bagaimana mungkin kelimpahan uang, berdasarkan banyak fenomena yang terjadi, malah mendatangkan lebih banyak ketidakpuasan? Apakah Bumi sedang berputar ke arah yang berlawanan?

Paradoks Kemajuan

Emile Durkheim pernah mengatakan bahwa semakin nyaman dan etis sebuah masyarakat, semakin pikiran kita membesar-besarkan kesembronoan yang sepele. Sederhananya, jika semua perampok berhenti mencuri, kita tidak akan merasa bahagia begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun