Hasilnya adalah, ketika masalah menjadi lebih kecil, konseptualisasi orang tentang masalah itu menjadi lebih besar yang kemudian membuat mereka tidak menyadari kenyataan bahwa mereka telah memecahkannya.
Kejanggalan tersebut menimpa banyak orang kaya sehingga apa yang mereka dapatkan hanyalah ketidakpuasan lainnya.
Mereka berangkat dengan asumsi sederhana, bahwa uang membantu mereka mendapatkan kesenangan. Mereka benar, tetapi kesenangan yang dibawa uang sering kali tidaklah lama, dan mereka pun segera menginginkan lebih banyak uang untuk kesenangan yang juga lebih banyak.
Jadi, mereka terus bekerja karena mengira bahwa uang akan menenangkan jiwa mereka yang gundah akibat ketakutan dan ketamakan. Tapi, uang tidak bisa melakukannya.
"Kenyataannya, alasan banyak orang kaya itu menjadi kaya bukanlah karena hasrat," tulis Robert Kiyosaki dalam buku populernya Rich Dad Poor Dad, "melainkan rasa takut. Mereka meyakini bahwa uang bisa menyingkirkan rasa takut miskin, jadi mereka menimbun berton-ton uang, hanya untuk mendapati bahwa ketakutan itu semakin parah. Mereka sekarang takut kehilangan uang."
Kekeliruan terbesar dari orang kaya adalah, mulanya mereka berangan-angan bahwa menjadi kaya dapat membantu mereka untuk menderita sesedikit mungkin, namun ketika akhirnya mereka menjadi kaya, mereka baru belajar bahwa kelimpahan harta adalah penderitaan juga; penderitaan dalam bentuk yang berbeda.
Penderitaan ada di kondisi mana pun, tetapi titik mana pun selalu dapat menjadi lebih baik. Penderitaan selalu ada di sana; yang berubah hanyalah persepsi kita tentang penderitaan.
Dan segera setelah kehidupan kita "membaik", harapan kita berganti menjadi lebih kompleks, dan kita kembali merasa sedikit tidak puas.
Lebih banyak uang, lebih banyak keinginan. Itu sama seperti berhadapan dengan lorong gelap yang panjang tiada berujung. Kita dipaksa untuk terus berlari tanpa pernah tahu di mana kita bisa menjumpai secercah cahaya. Pada dasarnya, kita terjebak dalam kegersangan makna.
Tentu Paradoks Kemajuan (atau apa pun konsep yang serupa) bukanlah alasan kita untuk menghindari kekayaan dan lantas berkata dengan ekspresi menyebalkan di depan wajah miliarder, "Uang tidak memberimu kebahagiaan."
"Bagaimanapun," tulis Robert Kiyosaki, "menghindari uang itu sama gilanya seperti terikat pada uang." Kita perlu mengajukan pertanyaan yang lebih masuk akal: bagaimana cara menjadi kaya yang bahagia?