Saya berpendapat bahwa dengan "menuntaskan" kecemasan terhadap masa mendatanglah, kita bisa nyaman dengan apa yang ada saat ini. Psikologis manusia amatlah lemah terhadap ketidakpastian. Jadi ketika ketidakpastian itu tidak bisa terstrukturkan, kita semakin cemas.
Setidak-tidaknya, dengan menunda kepuasan yang kita yakini sebagai cara untuk mencapai tujuan yang lebih besar adalah keterampilan kita untuk memetakan ketidakpastian yang ada di hadapan kita. Saya tahu ini berkontradiksi, tapi sejauh Anda merenungkannya, ini nyata.
Secara sekilas, kepuasan yang tertunda terdengar menyeramkan bahwa kita mengabaikan kesenangan di masa kini untuk menghadapi ketidakpastian yang kita yakini akan lebih baik.
Tapi secara paradoksal, ketika visi kita mampu memetakan masa depan, kita akan menjadi jauh lebih bahagia di masa kini. Untuk alasan yang jelas, kita menjadi tahu tentang apa yang akan kita hadapi dan sekurang-kurangnya ... mengurangi kecemasan.
Menerapkan Seni "Menabung" Kepuasan
Saya sadar bahwa judul artikel saya memberi harapan kepada Anda tentang petunjuk-petunjuk bagaimana caranya menerapkan seni "menabung" kepuasan. Dan saya tidak akan pernah menipu pembaca (setidaknya sejauh saya menyadarinya).
Interupsi autopilot
Apakah Anda mendapati diri Anda kembali jatuh di lubang yang sama? Barangkali Anda terlalu menuruti autopilot pikiran Anda sendiri yang pada dasarnya tidak bisa menilai baik-buruknya sesuatu.
Autopilot yang saya maksud di sini bisa semacam nafsu yang ada dalam diri kita.
Kesadaran saja tidaklah cukup. Ketika pengendara sadar bahwa mobilnya sedang mengarah ke tebing yang curam, dia juga perlu membanting roda kemudinya dan mengarahkan mobil tersebut ke lintasan yang seharusnya.
Autopilot ini muncul ketika suatu hal sudah menjadi kebiasaan. Karena sifatnya yang otomatis, kita nyaris tidak pernah memikirkannya lagi sebagai baik atau buruk pada konteks tertentu.
Ketika Anda melihat diri Anda melakukan sesuatu karena kebiasaan, cobalah untuk berhenti sejenak. Tanyakan pada diri Anda mengapa Anda melakukan itu dan mengapa pula menjadi kebiasaan.
Ingat kembali bahwa manusia cenderung memusatkan dirinya pada kesenangan yang ada pada saat ini. Jika Anda punya komitmen terhadap tujuan yang lebih besar dari kebahagiaan sesaat itu, Anda perlu menginterupsi autopilot Anda.