Kebingungan itulah yang kemudian mendorong kita untuk menjadi penasaran dan bertanya-tanya. "Apa rahasia dari trik mereka? Seberapa sering mereka berlatih untuk hasil seperti itu? Apa sesuatu yang ada di balik topi itu?"
Konsekuensi dari bertanya-tanya adalah hasrat yang kuat untuk mencari jawaban. Ini lebih penting daripada sekadar memecahkan masalah.
Pemecah masalah hanya akan menjawab persoalan, sedangkan ketika mengagumi, kita bertanya-tanya, pun berusaha untuk menjawabnya. Dalam kata-kata Socrates, "Teruslah bertanya. Jalan menuju kebijaksanaan disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang bagus."
Rantai dari kekaguman belum berhenti. Ketika kita berhasil memecahkan kebingungan kita sendiri, lahir rasa kepuasan yang kadang-kadang tidak kita temukan saat mendapatkan nilai sempurna dari menjawab soal ujian sekolah.
Rasa puas mendorong kebahagiaan. Bahkan kekaguman juga menjadi bentuk ungkapan kita dalam menghargai sesuatu. Ketika dunia dirajut oleh rasa saling menghargai, maka di situlah toleransi dan kedamaian meluas.
Dan pada akhirnya, dunia dipenuhi inspirasi.
Apa yang menjadi perhatian saya di sini adalah, rasa kagum melahirkan keingintahuan yang kuat terhadap objek yang kita kagumi, sehingga secara alamiah, kita tergoda untuk mempelajari objek tersebut.
Seperti bunyi adagium klasik, "Keingintahuan adalah modal utama dalam pendidikan."
Itulah yang mengubah saya sampai sejauh ini. Saya belajar tentang cara mengagumi segala hal hingga dalam keajaiban tersebut, saya menemukan keindahan alam semesta.
Kekaguman adalah letupan rasa takjub oleh sesuatu di luar diri sendiri. Ini menjadi seperti komunikasi tak kasat mata antara roh dan roh. Karenanya rasa kagum tidak bisa didefinisikan secara pasti dan jelas, selain melalui sinonimnya.
Maka untuk bisa terinspirasi, kita harus terlebih dahulu melihat ke luar sebelum pada akhirnya melakukan refleksi diri (melihat ke dalam).
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!