Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Sederhana dengan Kembali Menuju Hakikat

12 Juni 2021   17:33 Diperbarui: 12 Juni 2021   17:35 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman memiliki ponsel yang kaca layar pinggirnya sudah retak. Meskipun demikian, ponsel itu masih berjalan sebagaimana mestinya. Lantas saya iseng bertanya, "Tidak beli ponsel baru?"

"Tidak," katanya, "ponsel ini masih berfungsi dan memenuhi semua kebutuhanku dalam berkomunikasi."

Nah, disadari atau tidak, dia telah mengoneksikan dua hakikat yang saya jelaskan tadi. Dia (subjek) merupakan makhluk sosial yang pada dasarnya butuh berkomunikasi. Dan ponsel itu (objek) pada hakikatnya masih berfungsi dengan baik sebagai alat berkomunikasi.

Di situlah terjadi kelekatan dua hakikat yang berpadu menghasilkan gaya hidup yang secukupnya. Dan begitulah hidup sederhana.

Seandainya dia malah membeli ponsel baru, maka dia sudah tergolong hidup berlebihan. Tapi andai kata ponsel itu sudah tidak berfungsi dan dia tidak membeli ponsel baru, dia sudah tergolong hidup kekurangan.

Dengan ini kita tahu bahwa pengertian lain dari gaya hidup sederhana adalah menginginkan sesuatu tidak melebihi atau mengurangi kadar kebutuhan.

Dan Anda tahu perbedaan antara kebutuhan dan keinginan? Kebutuhan, apabila tidak dipenuhi, kelangsungan hidup kita akan terganggu. Sedangkan keinginan, jika tidak dipenuhi, kelangsungan hidup kita tidak akan terpengaruh.

Media sosial juga seharusnya menggunakan konsep ini. Pada hakikatnya, manusia punya kebutuhan akan hiburan dan ekspresi diri. Dan media sosial, pada hakikatnya, bertujuan untuk menghibur penggunanya dan sebagai tempat berekspresi.

Ketika kita mulai murung karena jumlah "suka" yang sedikit, kita telah melebih-lebihkan hakikat kita bahwa orang lain mesti menyukai kita. Begitu pula kita telah menyalahi hakikat dari media sosial yang tidak diciptakan untuk membuat kita dipuja-puja oleh sesama.

Pengetahuan hidup sederhana seperti ini menjadi penting dan cukup darurat di masa sekarang. Kita bisa melihat sendiri, bahwa segala keruwetan hidup yang kita rasakan kebanyakan datang dari diri kita sendiri yang suka mendramatisasi keadaan.

Ketika kita lapar, kita hanya butuh kenyang. Tetapi orang-orang yang rewel akan membeli makanan yang mahal-mahal dan berkelas, sebab di samping itu, mereka juga lapar akan pujian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun