Hedonisme akan terasa menyenangkan dan bermanfaat bagi mereka yang tidak tahu akan makna kehidupan. Ketika mereka kehilangan arti kehidupan, mereka menambal kekosongan itu dengan segala kesenangan materi yang ujung-ujungnya adalah ketidakpuasan yang mengerikan.
Mereka mengisi kehidupan dengan pengejaran yang tiada akhir, hingga mereka mengabaikan fakta fundamental dari kehidupan, bahwa misteri kematian selalu membayangi. Yang paling menyedihkan adalah ketika mereka tiba-tiba tercerabut dari kesenangan yang memabukkan.
Maka (satu-satunya) cara untuk terlepas dari hedonisme adalah dengan menyadari akan makna sejati dari kehidupan. Dalam kata-kata Nietzsche, “Dia yang memiliki alasan untuk hidup dapat menanggung hampir semua hal.”
Dan kini timbul pertanyaan baru: apa makna kehidupan? Ah, saya harus menuliskannya dalam tulisan khusus. Atau kita bisa membuka diskusi tentang ini. Pastinya diskusi semacam ini akan berguna bagi semua orang, bahkan menyelamatkan kehidupan mereka.
Tapi pada akhirnya, saya tidak begitu adil dalam menguraikan konsep hedonisme. Mungkin saya terlalu memihak, tapi saya pastikan bahwa saya sangat jujur di sini. Jadi terima saja tulisan ini sebagai opini dan bukannya klaim kebenaran. Sebilah pisau tetap bermanfaat jika dipegang seorang koki.
Kita harus berhenti berkata mencari kesenangan dan mulai menjadi bahagia sebagaimana kehidupan adanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI