Secara sekilas, kutipan di atas terdengar bijaksana. Tapi, sungguh? Itulah yang dijual oleh banyak pihak kepada kita.
Mereka menawarkan banyak kutipan kepada kita hingga berserakan di internet. Meskipun mayoritas kutipan tersebut hanyalah ungkapan basi, dan bahkan tidak perlu diungkapkan, kita tetap menyukainya.
Kita seperti terpukau oleh semacam mantra yang entah bagaimana bisa memikat kita dengan tipuan-tipuan licik. Sekalipun kita tahu bagaimana mantra itu bekerja, kita tetap mengaguminya.
Mungkin telah ribuan kali Anda menjumpai kutipan, "Jangan menyerah! Wujudkan mimpimu! Jadilah diri sendiri!"
Begitu seringnya hingga kutipan semacam itu tidak perlu lagi diungkapkan kepada kita. Kita sudah mengetahui intinya. Alih-alih merasa bosan, kita tetap menyukainya dalam bentuk lain.
Sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tanpa kita kehilangan semangat.
Kutipan tersebut terdengar lebih mengesankan ketimbang seruan "jangan menyerah". Tapi bagaimana pun juga, pesan inti dari kutipan tersebut tetap sama: jangan menyerah. Dalam makna yang serupa, keduanya tetap sama-sama basi!
Inilah kekuatan dari kutipan. Ketika kesannya mulai berkurang, kutipan yang sama dapat berubah bentuk sehingga ia seperti mantra ajaib yang tiada mati.
Kutipan adalah mantra ajaib yang banyak dijual kepada kita.
2. "Quote" menyihir kita
Bergantung pada siapa Anda bertanya, daya tarik kutipan terletak pada faktor tertentu yang mungkin terjadi tanpa disadari. Karenanya, membaca kutipan pada titik tertentu hampir tidak berbeda seperti kita sedang menyaksikan pertunjukan sulap.
Kita beranggapan bahwa sang pesulap memiliki kekuatan sihir. Namun yang sebenarnya terjadi, kita sedang diperdaya oleh trik-trik murahan.
3. Langsung menuju inti
Kutipan sangat banyak disukai karena ia mengarah langsung menuju inti pesannya. Kutipan itu sendiri merupakan penyulingan singkat dari teks atau konsep yang lebih besar.