Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Haruskah Kita Keluar dari Zona Nyaman?

10 Mei 2021   16:41 Diperbarui: 10 Mei 2021   16:46 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudah untuk dimengerti bahwa perkembangan datang dari perbaikan kecil yang dilakukan secara konstan. Ironisnya, perbaikan hanya terjadi ketika Anda melakukan kesalahan.

Jadi jika Anda tidak berani mengambil kesalahan-kesalahan itu, Anda berhenti berkembang. Secara fisik, Anda tumbuh. Namun secara mental, Anda mati.

Sudut pandang terbatas

Orang-orang yang terjebak dalam sebuah gua seumur hidupnya akan memandang dunia sebagai tempat yang gelap dan membosankan.

Tetapi coba tanyakan pada orang-orang yang telah berkelana mengelilingi dunia. Mungkin mereka akan cukup kebingungan dalam mendeskripsikan dunia karena begitu beragamnya yang mereka lihat dan rasakan.

Dan itu bagus. Mereka memiliki banyak kacamata untuk memandang dunia.

Beberapa tahun lalu, saya hanyalah seorang pelajar tingkat menengah yang sok tahu tentang politik. Saya menilai pemerintah begitu bla, bla, bla. Saya mengkritik sesuatu yang tidak saya pahami.

Penyebabnya sederhana: saya hanya menggunakan satu sudut pandang. Saya hanya percaya pada apa yang dikatakan oleh banyak orang dan tidak mengerti dengan apa yang dibela oleh pihak lain.

Karenanya sekarang saya berhenti mengkritik sesuatu yang berbau politik. Itu di luar jangkauan saya; di luar zona nyaman saya. Dan jika saya terhenti di sini, saya tidak akan pernah bisa melakukannya.

Keluar dari zona nyaman adalah cara saya untuk meluaskan sudut pandang. Jadi untuk bisa mengambil bagian dalam sistem demokrasi, saya harus keluar dari zona nyaman saya dan mulai mempelajari ilmu politik. Dan ya, saya melakukannya.

Alasannya begitu sepele: saya hanya akan menanggapi, membicarakan, atau menuliskan sesuatu ketika saya mengerti apa yang sedang terjadi dan bagaimana itu seharusnya terjadi.

Ini merupakan inti dari tingginya rasa ingin tahu. Tidak ada perluasan sudut pandang tanpa diiringi keingintahuan yang besar.

Pribadi yang kaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun