Karena itu mencakup sumbangsih kita terhadap apa yang akan terjadi. Kita harus turut berperan dalam setiap keputusan kebijakan publik, karena itulah esensi dari demokrasi.
Jadi, apakah "caper" itu buruk?
Bersikap "caper" memang lumrah terjadi. Bahkan bagi beberapa orang, ini adalah cara untuk bertahan hidup.
Tapi, ini bisa menjadi masalah.
Kita secara praktis menyerahkan kekuatan kita sendiri dan memilih untuk disandera oleh tindakan dan pendapat orang lain. Pada akhirnya, hal tersebut menimbulkan kekecewaan dan rasa sakit emosional.
Kita dapat menjadi ketergantungan pada orang lain yang memperhatikan kita.
Dan bersikap "caper" dapat menutupi kedok orang lain dalam memedulikan kita. Kita menjadi sulit untuk membedakan mana orang-orang yang benar-benar peduli dan mana orang-orang yang hanya bertopeng.
Berusaha untuk diperhatikan bisa menjadi beban. Ingat, kebanyakan kasus bunuh diri dan/atau mengonsumsi obat-obatan dilakukan oleh orang-orang yang punya ketenaran.
Kita dapat hidup damai dengan orang lain dan menjadi otentik serta jujur. Kita lebih mungkin dihargai karena menjadi diri kita yang unik ketimbang mencoba hal-hal yang akan menarik perhatian mereka.
Tapi sekali lagi, baik atau buruk, tergantung kepada siapa yang melakukan dan siapa yang menanggapi.
Inti dari tulisan ini adalah untuk mengingatkan Anda bahwa tidak ada yang salah dengan berbagi perasaan kita. Namun, ini tidak berarti kita harus menunjukkan segalanya kepada mereka.
Apa yang ingin saya tekankan adalah pentingnya untuk menunjukkan tentang siapa Anda sebenarnya.