Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengatasi Overthinking dengan Prinsip Amor Fati

21 Maret 2021   16:59 Diperbarui: 21 Maret 2021   17:19 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya, pikiran bawah sadar kita, ketika dihadapkan pada situasi yang samar-samar antara ancaman atau bukan, terus berasumsi bahwa itu adalah ancaman. Pikiran kita akan memutuskan, "Lebih baik aku mengenali iblis itu sebelum dia membunuhku dengan senyap."

Sayangnya, ini buruk. Overthinking bukan hanya berdampak terhadap psikis, namun juga menjalar pada kesehatan fisik. Dan percaya atau tidak, overthinking bisa menular ke orang-orang di sekitar. Bayangkan Anda adalah seorang bos yang mudah overthinking, betapa malangnya mereka yang menjadi karyawan Anda!

Apakah mengatasi overthinking cukup dengan berpikir positif? Tidak, itu omong kosong. Dan ilusi.

Berpikir positif dalam kasus ini hanyalah upaya Anda untuk menggambarkan situasi yang aman, dan kemudian Anda akan kalah saat situasi buruk benar-benar terjadi. Ini adalah fatamorgana di Padang Sahara.

Untuk menjadi sehat dan bahagia, kita harus mencapai titik manis. Kita harus mengakui bahwa ada banyak ketidakpastian di dunia ini, karena itulah yang akan membuat kita tetap terbuka untuk berubah, memungkinkan kita untuk belajar, dan membantu kita beradaptasi dengan tantangan.

Dalam hal ini, saya menerapkan sebuah prinsip yang (sangat) ampuh dalam mengendalikan pikiran, harapan, dan kekecewaan. Namun terlebih dahulu, mengapa saya mengatasi overthinking dengan sebuah prinsip?

Karena dengan memusatkan kehidupan kita pada prinsip yang benar, kita menciptakan fondasi yang kokoh untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang hidup berikan. Prinsip tidak bereaksi terhadap apa pun. Prinsip tidak menjadi marah dan memperlakukan kita secara berbeda.

Pun prinsip tidak bermaksud menguasai kita. Prinsip tidak mati. Prinsip tidak dapat dihancurkan oleh api, gempa bumi, atau pencuri. Prinsip adalah benang-benang yang ditenun rapat dengan ketepatan, konsistensi, keindahan, dan kekuatan melalui struktur kehidupan.

Tapi, prinsip apa yang saya maksudkan di sini? Saya sudah meramalkan pertanyaan itu.

Amor Fati

Friedrich Nietzsche, orang yang juga dikenal sebagai "Sang Pembunuh Tuhan" ini muncul di tengah perdebatan usang mengenai "Tuhan itu ada atau tidak ada, nyata atau tidak nyata".

Namun terlepas dari pandangan Nietzsche yang kontroversial itu, ada satu aspek yang paling aneh, namun juga menarik dari ide-ide Nietzsche: adalah antusiasme-nya yang berulang-ulang terhadap suatu konsep yang ia sebut sebagai Amor Fati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun