Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Surat Terakhir

17 Maret 2021   14:44 Diperbarui: 17 Maret 2021   14:53 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa itu waktu? | Ilustrasi oleh Antonios Ntoumas via Pixabay

Aku berbicara tentang masa ketika manusia hanyalah manusia, sesosok manusia yang utuh dan bangga, tidak lebih tidak kurang. Pada saat itu dunia hanyalah sebuah dongeng yang berkilau.

Seekor domba tiba-tiba muncul dari semak-semak, menatapmu tajam selama dua detik, kemudian hilang. Jiwa apa yang memberi gerak pada hewan itu? Kekuatan tak terjelaskan apa yang mendekorasi bumi dengan bunga-bunga dalam setiap warna pelangi dan menghiasi langit malam dengan renda-renda kerlip bintang yang cemerlang?

Lihatlah dunia ini, Antreas! Lihat dunia ini ketika engkau belum menjejali dirimu dengan terlalu banyak fisika dan kimia.

Pada saat ini, sekawanan harimau sedang menerobos sapuan angin dataran hutan Kalimantan. Gerombolan kelinci yang sedang merumput melompat anggun di atas padang savana. Ribuan penguin sedang berceloteh satu sama lain di atas es pantai Antartika. Seekor burung cenderawasih yang kesepian menengadahkan kepalanya di atas sebuah ranting pohon. Seekor lumba-lumba yang gempal melompat dengan riang di hamparan samudera.

Jangan katakan bahwa alam ini bukan sebuah mukjizat. Jangan katakan bahwa dunia ini bukan sebuah dongeng. Siapa pun yang tidak menyadari itu, mungkin tak pernah benar-benar mengerti hingga dongeng itu hampir selesai.

Kemudian, akan tiba satu kesempatan terakhir untuk melepas penutup mata, kesempatan terakhir untuk menggosok matamu sambil terkaget-kaget, kesempatan terakhir untuk menyerahkan diri pada ketakjuban yang kau beri ucapan selamat jalan dan pergi meninggalkanmu.

Aku ingin tahu apakah kamu mengerti apa yang coba kusampaikan, Antreas. Engkau akan berpisah dengan dunia ini, dengan hidup, dongeng itu. Kemudian, ada sekelompok kecil orang yang benar-benar engkau sayangi, engkau mengucapkan selamat tinggal kepada mereka juga.

Kadang-kadang, aku berharap hidup saat sebelum penemuan tabel perkalian, dan tentu saja sebelum fisika dan kimia modern, sebelum kita pikir kita tahu segala sesuatu. Maksudnya hidup dalam dunia yang benar-benar ajaib! Tapi, persis demikianlah dunia ini mengejutkanku sekarang, ketika aku duduk di depan laptop menuliskan baris-baris ini untukmu.

Aku akan bocorkan sebuah rahasia untukmu: memang sejak awal aku ingin menjadi seorang penulis, seseorang yang merayakan dunia tempat kita hidup ini dengan kata-kata. Tapi, aku tidak pernah berhasil menjadi penulis. Akan tetapi, setidaknya aku sudah menuliskan surat ini untukmu.

Aku masih sangat ingat suara lembut dari tangisanmu ketika lahir. Waktu berjalan begitu indah. Saat aku menulis ini, kamu berusia 4 tahun, Antreas. 

Dan sebulan yang lalu, aku membaca adanya tanda-tanda yang ganjil dalam diriku. Aku pintar membuat diagnosis. Ibumu mengantarkanku ke rumah sakit, dan, ya, dokter sepenuhnya setuju denganku. Kami punya pendapat profesional yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun