Ah, kalau begitu, mudah saja menerangkan bagaimana kiranya kata "sekolah" yang semula hanya berarti pengisian waktu luang, kini bermakna sebagai suatu sistem kelembagaan pendidikan yang diartikan sebagai wujud hakikat pendidikan itu sendiri.
Hanya saja, apakah tangga perubahan ini sudah kita sandarkan pada dinding yang kokoh? Atau malah dinding yang rapuh?
Ya, jawablah!
Karena anak tanpa harapan tadi telah membuatku tenggelam dalam imajinasi; sebuah bayangan tentang sekolah impianku yang (sangat) nyeleneh!
Terserahlah, mau menertawakan atau tidak, aku ingin mendirikan sekolah yang tak punya daftar mata pelajaran baku, tak punya jadwal yang resmi, tak punya kelas-kelas yang dikelompokkan per tingkat atau per jurusan, tak menyelenggarakan ulangan atau ujian kolektif, dan yang paling penting, murid-muridnya pun bebas memilih dan menetapkan sendiri apa yang mau mereka pelajari dan dengan cara bagaimana yang mereka anggap paling tepat dan sesuai untuk diri mereka.
Silakan saja tertawa sekeras mungkin karena ini akan menjadi sekolah paling sepi peminat sepanjang sejarah. Siapa yang ingin masuk ke sekolah ini? Siapa yang akan rela menghabiskan banyak waktunya hanya untuk bersekolah tanpa menjanjikan ijazah atau gelar? Siapa yang akan betah bersekolah tanpa gedung-gedung tinggi dan ber-AC?
Sebab sekolah ini memang tidak diperuntukkan bagimu, wahai kamu, pejuang karier dengan seragam berdasi! Bahkan aku tak akan merekrut siapa pun dengan paksa, karena orang-orang seperti anak pemulung di awal cerita tadi akan dengan bangga hati bergabung bersamaku.
Mungkin pada suatu ketika, kami akan mencari pembelajaran menuju sawah yang sedang digarap. Di sana telah menanti seorang petani dengan cangkulnya yang siap menjadi mentor alamiah kami.
Berdirilah sang petani di pusat kerumunan kami yang duduk melingkar. Dia akan menjabarkan bagaimana para petani melakukan irigasi, kiat-kiat mengusir hama dan sekelompok burung, menjelaskan tanda-tanda bahwa sawah sudah siap panen, dan sedikit garis ramalan musim.
Kemudian sang petani berjalan dengan badan sedikit turun untuk menunjukkan adabnya saat melewati kami. Dia akan menunjukkan secara langsung bagaimana padi-padi mengalami pertumbuhan. Di sana ada beberapa belalang yang tak luput juga dari penjelasannya perihal ciri-ciri sarang belalang.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju sebuah peternakan. Seorang peternak sedang duduk dengan gagahnya di atas kuda yang siap menjadi mentor alamiah kami berikutnya. Dan setelah pembelajaran yang panjang, kami mengunjungi para buruh bangunan yang sedang membangun sebuah istana. Kami akan belajar dari ahlinya langsung.