Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ironi Krionika

18 Februari 2021   06:30 Diperbarui: 18 Februari 2021   06:31 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, kita punya pilihan terkait ke mana kita akan menuju. Kalau api unggun itu sebuah neraka, kita bisa menghindarinya! Kalau perairan danau itu sebuah surga, kita bisa memperjuangkannya!

Tergantung dari sejauh mana kita mampu memenuhi syarat menuju Taman Firdaus. Sekarang kita harus jauh lebih peka untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Sedikit banyak, kita seperti gelembung sabun. Seorang anak dapat meniup gelembung sabun dengan beragam bentuk dan ukuran. Dan lalu, gelembung-gelembung itu pecah, entah dengan sendirinya atau tertusuk sebuah duri dari bunga mawar.

Kita bisa pergi dengan anggun. Dan mereka yang pergi dengan anggun hanyalah mereka yang memahami betul bocoran naskah skenario (kitab suci) dari Sang Sutradara, dan lalu mengamalkannya.

Pada akhirnya, pembaca, saya mempertanyakan tujuan praktik krionika. Umur yang panjang tak begitu berarti, karena yang pokok adalah kualitas dari kehidupan itu sendiri. Dan siapa yang tahu bahwa kehidupan yang lebih lama sama dengan menderita lebih lama (?)

Saya tahu, praktik ini ditujukan pada mereka yang ingin saja, tidak memaksa kepada setiap orang. Tapi, ini adalah sebuah skandal dengan headline, "Suatu makhluk dari butiran debu kosmos berusaha menyangkal siklus abadi!"

Amor fati, amor fati, manusia!

Saya harus mati. Dan jika sekarang adalah saatnya, biarlah saya mati sekarang. Jika masih nanti, biarlah saya sarapan roti panggang dulu sekarang, karena waktu sarapan telah tiba. Perkara mati, nantilah saya pikirkan lagi. Sebab saya sudah siap untuk pulang kapan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun