Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ironi Krionika

18 Februari 2021   06:30 Diperbarui: 18 Februari 2021   06:31 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita tidak seperti daun gugur | Ilustrasi oleh ANTHR Photoblog via Pixabay

Hidup selama 5 tahun atau 80 tahun, apa bedanya? Toh kita meninggal karena takdir yang juga dulu mengundang kita masuk ke dalam hidup. Termasuk mereka yang meninggal oleh tiran, itu juga termasuk ke dalam takdirnya.

Jadi mengapa kematian begitu buruk?

Bagaikan seorang teknisi teater yang menurunkan tirai dan diprotes sang aktor, "Kenapa? Saya baru saja sampai babak ketiga!"

"Ya, ini akan menjadi drama tiga babak, dan panjangnya drama hidup ini ditetapkan oleh kuasa di balik penciptaanmu, dan yang sekarang sedang mengarahkan kepulanganmu."

Baik kedatangan kita maupun kepulangan kita tidaklah ditetapkan oleh diri kita sendiri; itulah intinya.

Kita bukanlah sesuatu yang tiada, kemudian iseng pada suatu waktu untuk memutuskan hidup di dunia. Dan siapa bilang kematian adalah akhir? Tidak, kematian adalah awal kehidupan (yang sesungguhnya).

Hidup di dunia seperti sedang berkunjung ke toko oleh-oleh. Kita hanya harus mencari sesuatu yang harus dibawa pulang sesuai permintaan sang tuan rumah. Dan kalau tidak, kita bisa dikunci di gudang yang terbakar! (Euh, mungkin itu terlalu lebay, atau mungkin bisa lebih parah).

Sebenarnya dengan pemahaman sedikit ini saja, kita sudah harus bisa berhenti bersusah hati dan stres mengenai kematian, toh kita menjalani hidup dalam naskah skenario Sang Sutradara.

Orang-orang yang menjalani hidup dengan paripurna adalah mereka yang siap mati kapan saja. -- Mark Twain

Kita tidak seperti daun-daun yang berguguran. Daun-daun gugur itu mungkin hinggap di sebuah api unggun, perairan danau, atau jalanan kota.

Sayangnya, daun-daun itu tak punya kehendak ke mana mereka akan menuju. Terkadang, angin-angin yang berkehendak, atau seorang penyapu jalanan, atau kaki seorang anak kecil di taman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun