Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ironi Krionika

18 Februari 2021   06:30 Diperbarui: 18 Februari 2021   06:31 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita tidak seperti daun gugur | Ilustrasi oleh ANTHR Photoblog via Pixabay

Padahal itu tak berarti apa-apa. Dan saya yakin, mereka yang telah bunuh diri akan menertawakan obsesi semacam itu.

Yang terpenting bukanlah umur yang panjang, tapi seberapa berkualitasnya hidup yang kita miliki.

Hidup ini panjang jika kita tahu bagaimana menjalaninya. Kita tidak diberikan hidup yang pendek, tetapi kitalah yang menjadikannya terasa pendek...dan terbuang untuk hal-hal yang sia-sia.

Mereka yang resah dan khawatir terhadap kematiannya telah menjalani hidup tanpa makna. Dan kekhawatiran itu menjadikan hidup mereka semakin miskin makna. Berapa banyak di antara kita yang memberikan porsi (terlalu) banyak terkait waktu untuk mengejar harta, jabatan, kehormatan; hingga akhirnya takut gagal atau takut kehilangannya.

Mereka mengisi kehidupan dengan rasa cemas, resah, iri, marah, mengejar hal-hal di luar kendalinya, terombang-ambing seperti sekoci di tengah samudera.

Mereka terobsesi dengan harta dan kekayaan, serta ketenaran. Dan lalu merasa dendam penuh amarah saat semua itu direbut (kembali) secara paksa oleh Sang Maha Kuasa. Mereka pikir mereka memilikinya, dan kemudian tersadar semua itu begitu rapuh saat mereka benar-benar kehilangannya.

Dan itu sudah terlambat untuk pulang.

Memangnya mengapa kita ingin terkenal dan dikenang manusia? Toh orang-orang yang mengenang kita juga akan mati. Dan begitu pula dengan orang-orang sesudahnya, sampai kenangan tentang kita diteruskan dari satu orang ke yang lain bagaikan nyala lilin, akhirnya meredup dan padam.

Ini ilusi. Ketenaran sifatnya sangat sementara, sebab kita semua akan dilupakan (pada akhirnya). Jadi, kita patut mempertanyakan pada mereka, "Apakah hal semacam itu layak dikejar mati-matian?"

Saya tidak perlu lagi membahas sifat kekayaan materi atau paras fisik.

Karena yang terpenting, kita sedang terlibat dalam sebuah skandal akbar di mana kebanyakan dari kita takut dan bahkan menghindari kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun