"Apakah itu tidak terlalu kasar?"
"Ya dan tidak. Tidakkah kamu menyadarinya, Ayya, bahwa para tokoh banyak melakoni adegan makan-memakan?"
"Makan-memakan?"
Agathias tertawa tipis. "Rantai makanan; kita sedang membicarakan itu."
"Ah, aku mengerti."
"Rumput-rumput di taman ini adalah surga bagi para belalang. Tapi sayangnya, di sini juga neraka bagi mereka. Para katak berdatangan dan memburu para belalang. Dan dalam lompatannya menjelajah Bumi, para katak dihadapkan pada ular-ular yang kelaparan. Ironisnya, para ular sudah dimata-matai oleh sang pengintai udara, burung elang."
"Aku baru saja melihat seekor burung elang terbang tinggi dengan ular dicakarnya."
"Nah, sesungguhnya burung elang itu juga sedang diintai oleh mata seorang pemburu lewat senapannya."
"Jadi, siapa yang selamat sepanjang waktu?"
"Jika kita tidak sedang membicarakan Tuhan, tentu semuanya akan musnah. Tapi itu pun hanya kata-kata Ayah. Kita hanya tak tahu apa-apa."
Ayya mengangguk setuju. "Bagaimana kalau satu bagian punah dari rantai makanan?"