Sering aku tertawa ketika terbesit sebuah kebenaran, bahwa aku tak lihai dalam bahasa Inggris. Padahal aku telah mempelajarinya sedari TK. Tetapi anak-anak di luar sana, baru menginjak usia balita, sudah cukup lihai dalam bahasa Inggris.
Ya, memang, mereka terlahir di negara berbahasa Inggris. Tapi sisi menariknya adalah, mereka belajar cepat dengan keluguannya. Bukan sesuatu yang mudah beralih dari bahasa bayi ke bahasa Inggris. Unta saja yang sudah berabad-abad tinggal di Arab masih belum bisa bicara bahasa Arab.
Anak-anak bagaikan kertas putih kosong yang siap untuk diberi gambar atau tulisan. Karenanya mereka berusaha mengisi kertas putih itu dengan rasa keingintahuannya. Jadi hati-hati dalam mengajarkan sesuatu pada anak-anak. Sebab bisa jadi, sesuatu yang sudah tertuang ke dalam "kertas" mereka akan dicap keabadian; tak bisa dihapuskan.
2. Merasa nyaman dengan ketidakpastian
Sejenak aku teringat di masa ketika aku bermain dari pagi hingga sore hari. Kemudian pergi mengaji masih dengan orang-orang yang sama. Malam hari hanya berbincang sebentar dengan keluarga, lalu lanjut ke alam mimpi. Tak pernah aku mengkhawatirkan hari esok.
Anak-anak merasa nyaman dengan segala ketidakpastian hidup. Mereka tak memikirkan bagaimana hari esok akan berjalan. Mereka menikmati apa-apa yang terjadi saat ini, tak menyesali masa lalu, tak khawatir masa depan.
Seperti saat mereka pergi ke taman; mereka tak pernah merencanakan ingin melakukan ini-itu, bahkan mereka tak tahu dengan pasti mengapa mereka datang ke taman. Mereka hanya berlari ke sana dan mulai menikmati apa yang ada. Mereka tertawa.
Sungguh ironis, bahwa orang-orang dewasa hampir tak mau menjalani sesuatu tanpa rencana yang jelas, merasa khawatir dengan ketidakpastian, mengharapkan kesempurnaan.
Kita terlalu mengkhawatirkan segalanya, hingga kita lupa tentang pertanyaan yang paling penting di antara semuanya: mengapa kita ada di sini?
3. Apa adanya
Anak-anak adalah simbol kejujuran. Mereka mengatakan apa yang benar-benar ada, tak peduli itu menyakitkan atau menyehatkan.Â
Anak-anak memandang hidup sebagaimana adanya. Misalnya Anda dan seorang anak kecil pergi ke sebuah pertunjukan sulap, di mana benda-benda dibuat melayang di udara. Yang mana di antara kalian berdua yang paling senang?
Pastinya, Anda yang paling senang; sebab Anda tahu betapa mustahilnya semua itu. Sedangkan bagi anak kecil tidaklah terlalu menakjubkan melihat hukum alam ditentang sebelum dia mengetahui hukum itu. Mereka hanya melihat sesuatu sebagaimana adanya.