Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Suatu Kerinduan untuk Kembali ke Alam Jiwa Anak

30 Desember 2020   12:55 Diperbarui: 30 Desember 2020   13:43 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku rindu menjadi anak-anak | Gambar oleh Sasin Tipchai via Pixabay

"Kak, aku nemu uang di situ. Mungkin ini milik kakak," ujar seorang anak SD padaku sembari menunjukkan uang selembar 20 ribu rupiah.

"Oh ya? Sebentar."  Dengan segera aku memeriksa kantong saku celanaku. Dan ternyata benar, aku kehilangan uang selembar 20 ribu rupiah.

"Mengapa kamu tidak mengambilnya saja, Dek?" tanyaku dengan gurau. Dia tertawa dengan lugunya.

Aku suka anak-anak. Bukan hanya karena keluguannya dalam memandang kehidupan, tetapi juga beberapa karakternya yang membuat iri orang-orang dewasa.

Aku iri pada anak-anak. Dan aku pernah menjadi anak-anak. Aku cukup khawatir di saat sebuah kebenaran terbesit, bahwa aku bertambah tua dan menjadi dewasa. Aku tidak takut menjadi tua. Aku tidak takut kematian. Aku hanya cukup khawatir, bahwa jiwa anak-anak dalam diriku semakin memudar.

Hal ini sangat memengaruhiku dalam memandang kehidupan. Dulu, aku benci angka-angka. Sekarang, aku "mengejar" angka-angka. Dan sedikit banyak, aku hanya peduli pada angka-angka.

Di kala seorang teman memberitahuku bahwa dia membeli ponsel baru, aku tidak bertanya jenis atau model apa yang dibelinya. Spontan aku bertanya, "Berapa harganya?"

Tak berbeda ketika seorang teman memberitahuku bahwa dia sudah menerima raportnya di sekolah. Bukannya memberi sedikit penghargaan, spontan aku bertanya, "Berapa peringkatmu di kelas?"

Dalam banyak renungan, aku merindukan masa-masa itu. Aku rindu menjadi anak-anak. Bukannya aku ingin kembali ke masa lalu, tetapi aku merindukan jiwa anak-anak. Setidak-tidaknya, sebagian besar.

1. Serba ingin tahu

Ciri seorang filosof sejati adalah rasa ingin tahu yang besar, juga menerima segala pemikiran dengan terbuka. Dan anak-anak demikian adanya. Anak memandang dunia sebagaimana adanya, tanpa menambahkan sesuatu pada sesuatu lebih dari yang dialaminya.

Anak-anak cepat dalam melakukan pembelajaran, karena mereka lebih terbuka pada sesuatu. Mereka tidak memandang baik-buruknya sesuatu; mereka dengan lugunya menerima segala sesuatu yang kemudian mereka menentukan baik-buruknya sesuatu itu. Paradigma dalam diri mereka belum terbentuk sepenuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun