Agak-agaknya, ibu saya begitu paham bahwa anak-anak tidak suka untuk dinasihati. Karenanya, beliau tak banyak berkata-kata mutiara kepada saya dan hanya berperilaku layaknya seorang filsuf; bertindak dengan bijaksana.
Dan saya, selalu meniru ibu. Hampir sepanjang masa kanak-kanak saya, ibu adalah cerminan dari sikap saya.
Anak adalah seorang peniru yang begitu ulung.
Nalven, M.D., dokter anak spesialisasi perkembangan dan perilaku anak di The Valley Center for Child Development, Ridgewood, New Jersey mengungkapkan bahwa kegiatan meniru adalah kegiatan yang sangat penting dalam tahap perkembangan kemampuan bahasa dan sosialisasi anak.
Dan ibu telah membuktikannya.
Saya tak menerima banyak nasihat, melainkan cerminan perilaku yang luar biasa membantu.
Ibu tak pernah mengajarkan saya untuk beribadah, tetapi ibu sangat tekun beribadah. Dan itu, mendorong saya untuk mempelajari segala hal tentang ibadah kepada guru agama saya di sekolah dan mulai mempraktikkannya. Tentu saja, untuk meniru ibu. Dan sekarang, untuk Tuhan semata.
Ibu tak pernah memberikan petuah untuk saya belajar giat, tetapi ibu suka membaca buku. Lagi dan lagi, saya menirunya dan itu menjadi kegiatan saya selama waktu senggang. Senantiasa!
Ibu tak pernah mengatakan tentang pentingnya bekerja keras, tetapi ibu tak henti-hentinya mengerjakan kegiatan rumah tangga sepanjang hari. Dan saya, mengambil makna yang begitu dalam tentang pentingnya bekerja keras.
"Kurangi nasihat, berhenti peduli, dan mulailah untuk meluaskan lingkaran pengaruh Anda," begitulah bunyi salah satu kalimat yang saya tulis dalam buku saya. Dan tentu saja, ibu yang telah menginspirasi kalimat itu.
Saya menjadi begitu sadar bahwa nasihat sebijak apa pun, jika tidak diberikan contoh yang nyata dalam diri si pemberi nasihat itu, maka si penerima nasihat pun hanya akan beranggapan itu sekadar omong kosong belaka.