Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Revolusi Terselubung Dimensi Pendidikan di Balik Kelamnya Pandemi

30 September 2020   20:59 Diperbarui: 2 Oktober 2020   11:45 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah pelajar belajar daring memanfaatkan jaringan internet gratis di kolong rel kereta api Mangga Besar, Jakarta, Rabu (26/8/2020). Fasilitas internet gratis menggunakan modem WiFi yang disediakan oleh warga setempat yang lebih mampu itu bertujuan untuk membantu kelancaran proses belajar daring siswa yang tidak mampu membeli paket kuota internet selama pandemi COVID-19.(ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)

Sisi cerah di balik kelamnya masa pandemi (akuratnews.com)
Sisi cerah di balik kelamnya masa pandemi (akuratnews.com)

Dalam mencapai tujuannya itu, Kemdikbud telah mengeluarkan kurikulum darurat khusus di masa pandemi. Bukan, ini bukan kurikulum baru, melainkan merupakan kurikulum 2013 yang diringkas secara dramatis. Ini menjadi lebih ramping dan "seksi". Kurikulum ini hanya berfokus pada hal-hal yang esensial dan fondasi untuk melangkah ke jenjang atau kelas berikutnya.

Sama sekali tidak ada paksaan untuk menerapkan kurikulum ini. Eksistensi Merdeka Belajar tidak dilupakan, tentu saja. Namun ini benar-benar 100% legal dan tidak menyeleweng dari kurikulum yang ada. Jadi kenapa begitu khawatir?

Khusus untuk PAUD dan SD, Kemdikbud telah mengeluarkan modul pembelajaran di mana ini bisa dicetak setiap sekolah dan isinya tidak melanggar kurikulum yang ada.

Jelas, ini untuk menghindari anak PAUD dan SD belajar di depan laptop/ponsel, karena hal tersebut hanyalah metode sampah untuk anak seusia mereka. Pembelajaran mereka harus dilakukan dengan interaktif dan menyenangkan, bukan?

Saya tidak ingin bertele-tele akan hal ini, karena jika saya sampaikan semuanya, ini akan menjadi tulisan paling membosankan sepanjang sejarah. Yang jelas, modul itu membuat interaksi antara orangtua dan anak menjadi lebih lengket.

Namun di balik semua kekacauan yang terjadi, kita sama sekali tidak kehilangan harapan. Benar, cahaya itu belum redup. Dan sang super hero kita sedang memantik seberkas cahaya untuk negeri ini.

Heroisme itu Dipersembahkan Oleh, Mas Menteri

Bung, saya benar-benar berderai air mata ketika menonton berita-berita, membaca artikel-artikel tentang pihak-pihak yang memojokkan Bapak Mendikbud kita. Karena di balik kekacauan sekarang ini, bukan hanya kita yang merasakan, namun seantero planet ini. Memang Kemdikbud merencanakan semua ini dari awal? Habis perkara.

Saya bukan penggemar berat dari Pak Nadiem, apalagi pengagum rahasianya. Saya pun tidak sedang membela Kemdikbud, bahkan tidak seorang pun. Tidak, saya berkicau sesuai dengan apa yang terjadi, karena saya cinta kejujuran. 

Pada nyatanya, ada butir-butir revolusi kecil yang tidak disadari banyak orang, dan revolusi itulah yang membuktikan bahwa Kemdikbud tidak seburuk yang orang-orang hebohkan.

Pertama, penghapusan Ujian Nasional (UN) yang dulu banyak mendapatkan kecaman, terbukti efektif dan siapa yang menyangkal hal tersebut? Faktanya, UN hanya dirasa istimewa oleh mereka yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas. Iya, bung!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun