Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Waras Mengatasi Stres Belajar di Kala Sekolah Online!

10 September 2020   12:18 Diperbarui: 10 September 2020   12:05 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Stres Belajar (Sumber: lingo-star.com)

Seseorang akan mengatakan, "Oke, itu benar. Tapi mengerjakan tugas saja sudah bikin stres, apalagi kalau kita harus memahami materi setiap pelajaran."

Ya, saya paham. Dan langkah awal memecahkan masalah ini adalah dengan mencari tahu penyebabnya. Dan sejauh perspektif saya, masalah-masalah yang kita bahas tadi berakar pada "tren menjadi korban".

Tren Menjadi Korban

Salah kaprah tentang tanggung jawab/rasa salah membuat orang-orang melemparkan tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah mereka kepada orang lain.

Anda tahu, ada sebagian orang yang menyalahkan guru atas menumpuknya tugas sekolah. Ada juga yang menyalahkan pihak sekolah, yang katanya tidak becus dalam mengatur sistem pembelajaran.

Apa pun itu, jelas ini bukan salah siapa-siapa.

Kemampuan untuk melepaskan tanggung jawab dengan cara menyalahkan orang lain, memberikan kenikmatan yang cuma sementara, juga memberikan sensasi kenikmatan menjadi orang yang paling benar/baik secara moral.

Sayangnya, salah satu efek samping dari Internet dan media sosial adalah semakin mudahnya, dibandingkan masa-masa sebelumnya, melemparkan tanggung jawab kepada suatu kelompok atau orang lain.

Ya, semacam postingan keluhan dan perkataan yang tidak pantas diucapkan.

Faktanya, permainan menyalahkan/mempermalukan di lingkup publik ini telah menjadi populer. Dalam kalangan tertentu ini bahkan dipandang sebagai sesuatu yang "keren".

Tren menjadi korban merupakan tren yang berlaku, baik untuk mereka yang berpandangan kanan atau kiri sekarang ini, merebak di antara pemuda dan dewasa.

Dan ini mungkin pertama kalinya dalam sejarah manusia bahwa setiap kelompok demografik merasa menjadi korban ketidakadilan secara terus-menerus. Dan mereka semua dengan sengaja menunggangi kegemaran moral yang menyertainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun