Hari silih berganti tanpa kenal lelah. Tibalah di penghujung tahun 2019, beramai-ramai aku menyambut 2020 dengan segala doa dan harapan baru yang tentunya harus lebih baik dari tahun kelam itu.
Baru memasuki awal tahun, pandemi menyerang Indonesia khususnya dan merubah gaya hidup masyarakat dunia pada umumnya.
Gumam ku dalam hati "Ada apalagi ini? Tahun yang kuharapkan lebih baik, nyatanya lebih buruk, bahkan bukan untukku saja."
Pelan-pelan ku lewati hari pandemi seperti biasa dengan atribut tambahan jika bertemu orang lain. Berita duka berada di seluruh belahan dunia lainnya, akibat pandemi yang melanda.
Di balik duka dunia, aku masih bersyukur. Sebab aku tidak kehilangan keluarga ku.
Aku tetap bahagia meski harus tetap waspada.
Mendekati akhir 2020, suara tangis terdengar diseluruh ruang rumah tua itu. Hari yang biasa saja, tiba tiba berubah mencekam.Â
Orang yang kala itu baru menjadi keluarga dan sedang bahagia menantikan kelahiran anak kedua nya. Terlihat tak berdaya tanpa kami tau apa penyebabnya.
Dia adalah om ku, istri dari adik mamah ku. Semasa pandemi ini aku baru dekat dengannya. Mengetahui sebagian dirinya yang tak banyak orang tau.
Beberapa kami kerja bersama dan terlibat dalam diskusi bersama dengan guyonan seadanya.
Beliau sangat perhatian dengan ku, mungkin bisa dikatakan sangat dekat dengan ku di banding saudara ku yang lainnya.
Seminggu setelah dirawat setelah kejadian itu, Allah berkehendak lain dari yang kami harapkan. Beliau di panggil oleh Sang Maha Pencipta kembali ke pangkuan-Nya.
Hari itu menjadi puncak kekhawatiran dalam seminggu belakangan kala itu. Aku shock, terlebih istri nya.
Semua dirundung duka, diiringi suara tangis dan air mata.
Betapa kala itu aku menyadari, disetiap kebahagiaan akan ada kedukaan. Dua hal yang bisa menjadi kejutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H