Mohon tunggu...
muhammad afifzulfikar
muhammad afifzulfikar Mohon Tunggu... Mahasiswa - lahir di pekalongan

terlahir menjadi manusia biasa saja, tumbuh dewasa menjadi manusia hebat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Kontribusi Besar Ilmuwan Islam untuk Sains Modern di Balik Klaim Barat

16 Juli 2021   20:20 Diperbarui: 16 Juli 2021   20:33 2794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa penulis barat tradisional mengatakan bahwa semua ilmu peradaban dan intelektual adalah warisan Yunani, dimana warisan ini hilang selama beberapa abad dan baru kembali saat Renaissance Eropa yang muncul pada abad ke 15-16 M, dan terus berlangsung hingga hari ini.

Tentu saja klaim ini salah. Hal ini karena sistem pendidikan kita masih bercermin dan berkiblat ke Barat, sedangkan Barat menyembunyikan jasa-jasa ilmuwan Islam dalam perkembangan ilmu peradaban dan intelektual.

Sehingga publik secara luas tidak mengenal toko-tokoh islam atau ilmuwan islam yang sebenarnya memiliki jasa dan pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan dunia sains dan teknologi di era kontemporer sekarang ini.

Dalam kitab Uyn al-Anb' fi abaqat al-Aibba' karangan Ibn Abi Ushaybi'ah, seorang ahli kedokteran abad ke-13, memuat informasi dan biografi lebih dari tiga ratus lima puluh ilmuwan muslim. Ada ahli kedokteran, ahli kimia, geometri, geologi, geografi, matematika, astronomi dan lain-lain. lmuwan islam yang sangat terkenal diantaranya adalah Ibn Rushd (1126- 1198 M) dan Ibn al-Haytham (965-1040 M atau 354-430 H).

Banyak ilmuwan Barat yang mengadopsi pola pikir ilmuwan islam dan kemajuan sains yang terjadi di dunia islam, hal ini dikarenakan para ilmuwan muslim telah mampu mengubah ilmu pengetahuan menjadi sains modern seperti yang berkembang dan dikenal oleh publik saat ini baik di dunia Barat maupun Timur. Apalagi setelah terjadinya gerakan Averroisme di bumi Eropa, dan akhirnya berdampak pada Barat yang mendapatkan pengaruh positif dalam ilmu pengetahuan dari dunia islam.

Ibn Rushd (1126- 1198 M) sudah berhasil membuka cakrawala baru bagi dunia ilmu pengetahuan baik dunia Timur ataupun Barat. Transformasi pandangan-pandangan Ibn Rushd bisa diakses melalui karya-karyanya dan perkuliahan di beberapa universitas, di antaranya Universitas Cordoba, Sevilla, Malaga, Granada, dan Samalanca, di Andalusia. Bumi Eropa mengenanya sebagai 'jembatan pengetahuan' antara Timur dan Barat, penghubung antara Islam dan Kristen dom. Ibnu Rushd atau Averroes, juga dikenal sebagai tokoh perintis gerakan pencerahan di Barat, idola baru kaum liberalis di Eropa.

Selain Ibn Rushd, masih banyak ilmuwan muslim di bidang sains yang memiliki jsa dan pengaruh yang besar terhadap perkembangan sains modern. Salah satunya adalah Ibn al-Haytham.

Ibn al-Haytham dilahirkan di Basrah pada tahun 354 H/ 965 M. Ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan membuatnya berkunjung ke Mesir. Disana, beliau melakukan beberapa penelitian tentang sungai Nil dan menyalin buku-buku tentang matematika dan falak. Tujuannya agar mendapat uang tambahan untuk pergi ke Universitas al-Azhar.  Usahanya membuat beliau menjadi mahir dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan falsafah. Terutama tulisannya mengenai mata, menjadi salah satu rujukan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Barat.

Ada juga penemuan lainnya yaitu tentang prinsip padu udara yang ternyata menakjubkan. Ibn al-Haytham menemukan dan memperkenalkannya terlebih dahulu jauh sebelum ilmuwan yang bernama Tricella dari Barat mengetahuinya 500 tahun kemudian.

Ibn al-Haytham juga telah menyampaikan dan memperkenalkan keberadaan gaya tarik bumi atau gravitasi sebelum Issaac Newton dari Bumi Eropa mengetahuinya. Kemudian Ibn al-Haytham meninggal di Kairo, Mesir, sekitar tahun 1040 M.

Ekplorasinya di dunia optika (mengenai mata) yang mendalam membuat hasil penelitiannya menjadi konsep-konsep dasar  dalam ilmu optika, dan mengantarkannya pada sains modern saat ini.

Inilah alasan mengapa Ibn al-Haytham mendapat julukan sebagai "Bapak Optika Modern."

Penulis : Muhammad Afif Zulfikar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun