Zaman ini adalah zaman dimana perkembangan teknologinya sudah melesat atau sudah canggih. Dengan kecanggihan perkembangan teknologi membuat kita dapat mengakses informasi-informasi terbaru baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu contohnya berita tentang
penyerangan masjidil aqsha di palestina yang dengan cepat langsung menyebar dan mendapatkan respon dari berbagai negara.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih ini didasari dengan efek globalisasi. Pengaruh dari efek globalisasi ini menyebar hingga hampir seluruh dunia terkena dampaknya. Salah satunya adalah Indonesia. Negara Indonesia sendiri pun mendapatkan keuntungan yang banyak terkait efek globalisasi seperti identitas-identitas bangsa Indonesia yang mulai terekspos dan dikenal oleh dunia internasional. Salah satunya adalah tempat-tempat wisata di Pulau Bali, Papua, dan di berbagai pulau lain. Tempat wisata yang dulunya belum tereskpos pun dengan cepat bisa dikenal baik oleh masyarakat dalam negeri dan luar negeri seperti tempat wisata di magelang yaitu Nepal van Java, Silancur dan sebagainya. Tak hanya itu, banyak budaya Indonesia baik itu suku, bahasa, dan budaya daerah yang terekspos dan dikenal oleh semua orang. Hal tersebut tentunya sangat menguntungkan negara Indonesia.Â
Namun dibalik semua dampak positif tersebut, juga membawa dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah para generasi muda atau generasi milenial yang lebih menyukai identitas negara lain seperti para remaja laki-laki yang menyukai identitas negara jepang daripada identitas Indonesia sendiri. Banyak teman saya yang terpengaruh dengan identitas-identitas negara jepang seperti kebudayaan, bahasa, gaya hidup, bahkan beberapa diantaranya malah mengakui bahwa dirinya orang jepang. Hal tersebut tentunya sangat merugikan identitas nasional bangsa Indonesia sendiri. Tak hanya para laki-laki, para remaja perempuan di Indonesia banyak yang menyukai identitas negara korea. Mereka juga sama-sama terpengaruh dengan budaya, bahasa, dan gaya hidup. Banyak sekali teman-teman saya baik perempuan maupun laki-laki yang berbicara dengan dengan teman sebayanya menggunakan bahasa asing seperti menggunakan bahasa korea dan jepang. Mereka menganggap remeh masalah tersebut padahal dari hal kecil itulah yang membuat terkikisnya identitas nasional padahal para remaja saat ini merupakan calon penerus bangsa namun kebanyakan dari mereka malah lebih tertarik identitas negara lain daripada identitas negara Indonesia.Â
Bahkan, lebih parah lagi di youtube ada video yang menanyakan tentang identitas nasional kepada para remaja namun beberapa diantaranya ada yang lupa bahkan tidak tau dengan identitas negaranya sendiri. Sungguh sangat disayangkan mengetahui bahwa ada generasi milenial yang tidak tahu tentang identitas negaranya sendiri. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan sikap para remaja pada zaman dimana internet belum meluas seperti sekarang. Pada saat itu, para remaja dengan bangga mendukung, mempelajari, bahkan mengampanyekan Identitas nasional.
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa meluasnya internet tidak hanya memberikan dampak positif, melainkan dampak negatif dan hal tersebut berimbas kepada generasi milenial yaitu para remaja-remaja yang kelak akan menjadi penerus bangsa Indonesia ini. Sebenarnya menyukai identitas negara lain boleh-boleh saja tetapi tidak secara berlebihan bahkan sampai melupakan identitas negara Indonesia sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H