Bulan lalu kita tersajikan berita bahwa ada pertemuan yang 'berbeda'. Ketika kebanyakan negara memberikan berbagai sanksi kepada Rusia, Uni Emirat Arab (UEA), justru sebaliknya. Kedua negara dilaporkan telah melakukan serangkaian pertemuan tingkat tinggi.
Beda halnya jika Amerika Serikat atau Inggris bertemu dan duduk bersama dengan Rusia, kemudian membahas permasalahan 'dunia mereka', agaknya sudah biasa. Lantas ini ada negara kecil di Teluk ujuk-ujuk minta ketemuan. Memangnya UEA ini bisa apa?
Dilaporkan, Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah Bin Zayed Al Nahyan pada 17 Maret 2022 telah bertemu dengan mitranya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Moskow.
Keduanya membahas kerja sama antar mereka dan mencari cari bagaimana meningkatkan kemitraan bilateral strategis mereka di berbagai bidang.
Para pejabat bertukar pandangan tentang perkembangan dan tantangan utama terkait keamanan dan stabilitas di Timur Tengah dan Afrika, serta "konflik" antara Rusia dan Ukraina. Mereka juga membahas stabilitas pasar energi dan komoditas global, termasuk pasokan biji-bijian global.
"UEA akan terus menjadi mitra internasional yang efektif dan kredibel melalui kerjanya dengan organisasi regional dan internasional," ujar Menlu Al Nahyan.
"UEA akan bekerja dengan Federasi Rusia untuk menemukan solusi yang sesuai untuk masalah di suatu cara yang menjamin tercapainya keamanan dan stabilitas regional dan internasional,” tambahnya selama konferensi pers bersama Lavrov di Moskow.
Pada saat yang sama, menlu UEA berkata: "Kami juga menegaskan kesiapan penuh kami untuk terlibat dengan semua pihak demi mencapai kesepakatan gencatan senjata," mengacu pada perang Rusia di Ukraina.
"UEA akan terus menjadi mitra internasional yang efektif dan kredibel," Menlu UEA.
Dari kunjungan UEA ke Moskow di tengah gempuran sanksi Barat terhadap Rusia tersebut, ada banyak hal yang dapat kita pahami bersama. Apakah UEA memnuhi syarat untuk menjadi negara adidaya?