Mohon tunggu...
Muhammad MaskurMusa
Muhammad MaskurMusa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sukses dunia dan akhirat

Muhammad Maskur Musa Batang, 10 November 2001 Karanganyar, Batang

Selanjutnya

Tutup

Analisis

T2.7 Aksi Nyata: Strategi Pengembangan Keterampilan Literasi

23 Desember 2024   10:10 Diperbarui: 23 Desember 2024   10:48 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Strategi Pengembangan Keterampilan Literasi (Sumber: Canva_Cahaya Dewi)

Apakah strategi pengembangan keterampilan literasi yang ingin Anda terapkan di ruang kelas Anda kelak? Mengapa?
Ada beberapa strategi pengembangan keterampilan literasi yang ingin saya terapkan di ruang kelas yaitu:

Literasi pra pembelajaran

Kegiatan literasi ini dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai selama 15 menit setiap hari, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan kegiatan membaca peserta didik. Literasi sebelum pembelajaran ini menjadi program dari pemerintah sebagai upaya menanamkan minat baca pada peserta didik sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan penelitian R. Anisya Dwi Septiani, dkk menjelaskan bahwa kegiatan literasi membaca 15 menit sebelum belajar ini sudah mendapatkan hasil yang baik dan positif karena peserta didik sudah memiliki minat membaca dan gemarmembaca serta Kendala yang dihadapi bisa teratasi dengan cara membuat sudut baca danmembangun lingkungan yang literat (Septiani et al., 2022).

Pojok Baca

Strategi ini merupakan suatu tempat kecil dipojok ruangan kelas yang digunakan sebagai perpustakaan kecil dengan berisi buku-buku bacaan untuk dibaca oleh peserta didik di dalam kelas. Pojok baca ini dimaksudkan untuk mendekatkan peserta didik terhadap buku sehingga dapat merangsang peserta didik untuk lebih gemar membaca. Sejalan dengan penelitiannya Nurul Febrita, dkk menjelaskan bahwa pojok baca memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan budaya gemar membaca pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pojok baca sangat berpengaruh dalam upaya meingkatka budaya gemar membaca pada siswa SD. Penyusunan pojok baca yang unik dan menarik akan makin merangsang minat baca siswa, karena lingkungan yang mendukungpun akan membuat siswa betah untuk membaca (Febrita et al., 2023).

One Day One Dongeng

Dongeng merupakan kegiatan yang masih banyak disukai oleh anak-anak karena cerita didalamnya sesuai dengn dunia anak seperti menceritakan manusia, hewan, tumbuhan dan lainnya yang bersifat menghibur. Kegiatan One Day One Dongeng merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan semua pendongeng, baik orang tua maupun guru kepada anak-anak untuk menumbuhkan karakter gemar membaca. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zakaria dan Utami Maulida menjelaskan bahwa pemilihan konsep one day one dongeng dimaksudkan bahwa dongeng mengandung nilai-nilai pendidikan, sosial, budaya dan mampu menumbuhkan imajinasi peserta didik. Dua dari empat jenis dongeng yang familiar digunakan pada anak adalah dongeng binatang (animals tales) dan dongeng biasa (ordinary folktales). Teknik menyimak dalam mengembangkan strategi one day onedongeng yang tepat digunakan adalah menyimak estetik dan menyimak kreatif, sementara membaca adalah membaca gambar, story telling, dan membaca nyaring. Kegiatan one day one dongeng sebagai gambaran tentang penanaman karakter gemar membaca dan dapat dijadikan sebagai konsep pembelajaran literasi bagi peserta didik sekolah dasar (Zakaria & Maulida, 2021).

Mengajak Diskusi

Pada proses pembelajaran saya akan selalu memberikan kesempatan untuk peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Keaktifan peserta didik tersebut dapat dilakukan dengan mengajak diskusi disetiap proses pembelajaran. Dalam kegiatan diskusi peserta didik dapat saling bertanya dan memberikan pendapat, sehingga hal ini dapat membantu membantu mengembangkan keterampilan berbicara, mendengarkan, dan menambah kosakata.

Menyediakan media pembelajaran

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan literasi peserta didik adalah media big book. Media ini merupakan buku cerita yang berkarakteristik khusus yang dibesarkan, baik teks maupun gambarnya, sehingga memungkinkan terjadinya kegiatan membaca bersama antara guru dan murid. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Fajar Nur Yasin menjelaskan bahwa penggunaan media big book dengan model diskusi berpengaruh terhadap kemampuan literasi informasi. Hal tersebut terbukti dengan adanya data yang membuktikan hasil rata-rata (mean) nilai kemampuan literasi informasi siswa pada kelas eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan nilai kemampuan literasi informasi di kelas kontrol. Selain itu juga dilakukan uji-t dengan hasil bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya pengaruh yang signifikan pada penggunaan media pembelajaran big book (Yasin, 2022).

Bagaimana Anda mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan dalam penerapan strategi keterampilan literasi sesuai profil peserta didik dan konteks sosial budaya siswa Anda?

Beberapa hal yang perlu saya persiapkan diri untuk menjawab tantangan dalam penerapan strategi keterampilan literasi sesuai profil peserta didik dan konteks sosial budaya siswa yaitu:

Menganalisis profil peserta didik

Saya pertama harus dapat mengidentifikasi kebutuhan peserta didik dengan cara melakukan pengamatan, survey, dan wawancara guna memahami minat, latar belakang, dan tingkat keterampilan literasi peserta didik. Kemudian mengidentifikasi gaya belajar dari masing-masing peserta didik baik audio, visual dan kinestetik, dengan mengetahui gaya belajarnya saya dapat menerapkan metode pengajaran dan strategi pengembangan literasi yang efektif. Hal ini sesuai teori perkembangan kognitif (Jean Piaget) Piaget menekankan bahwa perkembangan intelektual anak terjadi melalui tahap-tahap tertentu. Kemampuan literasi siswa akan berbeda tergantung pada tahap perkembangan kognitifnya:

  • Tahap Pra-operasional (2-7 tahun): Anak mulai memahami simbol, tetapi kemampuan berpikir logis belum matang. Di tahap ini, pengenalan gambar dan cerita sederhana efektif.
  • Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun): Siswa mulai mampu berpikir logis tentang objek konkret. Pemahaman teks yang mengandung alur cerita dan informasi faktual lebih sesuai.
  • Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas): Siswa mampu berpikir abstrak, kritis, dan reflektif, sehingga dapat menangani teks yang kompleks dan bersifat argumentatif.

Menyiapkan lingkungan fisik yang ramah literasi

Lingkungan fisik ini sangat penting dalam menghadapi tantangan penerapan strategi pengembangan literasi. Lingkungan fisik berupa buku-buku yang tersedia diperpustakan harus sesuai dengan kondisi peserta dan tempat perpustakaan harus membuat nyaman dan menarik agar peserta didik dapat menyukai kegiatan literasi. Kemudian didalam kelas juga seperti pojok baca harus dibuat semenarik mungkin dan buku-buku yang disediakan harus komplit bukan sekedarnya saja, karena pojok baca ini merupakan sebagai lingkungan yang ramah literasi untuk mendekatkan peserta didik dengan buku bacaan di dalam kelas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Esti Sulaimah, dkk menjelaskan bahwa salah satu pengkondisian lingkungan fisik ramah literasi adalah dengan membuat pojok baca di setiap ruang kelas, atau di Lorong sekolah (Sulaimah et al., 2023).

Menjadikan lingkungan  sosial  dan  afektif  menjadi  model komunikasi dan interaksi berbudaya literasi

Sekolah memberikan penghargaan atau reward kepada peserta didik yang memiliki prestasi. Pemberian hadiah diserahkan oleh wali kelas atau bapak kepala sekolah pada saat di kelas serta pada saat pelaksanaan upacara bendera. Terdapat juga kegiatan-kegiatan memperingati hari besar dan nasional yang terintegrasi dengan pembelajaran yang literat. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Setyo Wardono bahwa mengondisikan lingkungan sosial dan afektif dengan memberikan rewardkepada peserta didik, adanya peringatan hari besar dan nasional terintegrasi dengan pembelajaran literasi (Wardono, 2022).

Author: M. Maskur Musa

Daftar Pustaka

Nurul Febrita, N., & Manik, Y. M. (2023). Membudayakan Gemar Membaca Melalui Pojok Baca Sekolah. Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 3(01), 144–149. https://doi.org/10.47709/educendikia.v3i01.2378

Septiani, R. A. D., & Wardana, D. (2022). Implementasi Program Literasi Membaca 15 Menit Sebelum Belajar Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Minat Membaca. Jurnal Perseda, V(2), 130–137. https://doi.org/10.37150/perseda.v5i2.1708

Sulaimah, E., Susanti, Eryuna Irmawati, Dewi, R. K., & Khosiyono, B. H. C. (2023). Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar dengan Pemanfaatan Pojok Baca. Prosiding Seminar Nasional     Pendidikan         Dasar,                                   1(1),                               505–514. https://seminar.ustjogja.ac.id/index.php/semnas_dikdasUST/article/view/1117

Wardono, M. S. (2022). Strategi Pembudayaan Gerakan Literasi Di Sekolah Dasar. Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, 5(2), 80–92.

Yasin, F. N. (2022). Pengaruh Media Pembelajaran Big Book Dengan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Informasi Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar. Jurnal Muassis Pendidikan Dasar, 1(2), 142–153. https://doi.org/10.55732/jmpd.v1i2.28

Zakaria, Z., & Maulida, U. (2021). Penanaman Karakter Gemar Membaca Melalui One Day One Dongeng Pada Masa Pandemi Covid-19. AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 8(1), 66. https://doi.org/10.24252/auladuna.v8i1a6.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun