Mohon tunggu...
Muhammad Ilham Nur Ikhsan
Muhammad Ilham Nur Ikhsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Orang boleh lupa tapi catatan selalu mengingatkan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengamati Kebiasaan Gen Z di Warung Kopi : Tantangan Produktivitas di Era Digital, Mungkin Warning untuk Indonesia Emas

7 Mei 2024   05:11 Diperbarui: 9 Mei 2024   01:07 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali saya memasuki warung kopi, saya seringkali merasa tercengang oleh kebiasaan yang saya temui di setiap sudutnya. Namun, yang membuat saya semakin tercengang adalah seberapa jarang saya melihat anak muda yang terlihat produktif di sana. Sebaliknya, apa yang seringkali saya temui hanyalah sekelompok anak muda yang terperangkap dalam permainan game mereka.

Pernah suatu ketika, saya memutuskan untuk menghabiskan satu hari penuh di warung kopi, berniat untuk mengulik kembali catatan-catatan kecil saya selama masa kuliah. Saya merencanakan hari itu dengan penuh semangat, berharap dapat memanfaatkan waktu dengan baik untuk merefleksikan pembelajaran dan mengevaluasi pengalaman yang telah saya lalui.

Namun, begitu saya tiba di warung kopi, pemandangan yang menyambut saya sepanjang hari terasa seperti deja vu yang tak kunjung berakhir. Di setiap sudut, terlihatlah anak muda yang asyik dengan perangkat gadget mereka, terperangkap dalam dunia virtual permainan game tanpa henti. Meskipun saya mencoba berkonsentrasi pada catatan-catatan kecil saya, namun distraksi dari sekitar terasa begitu kuat.

Setiap kali saya menoleh, saya disugesti oleh pemandangan yang sama: sekelompok anak muda yang tertawa riang di sekitar meja, sementara mata mereka terpaku pada layar gadget masing-masing. Meskipun saya mencoba untuk mengabaikan distraksi tersebut, namun sulit untuk tidak merasa terganggu oleh kegaduhan dan riuh rendah yang mereka timbulkan.

Dalam upaya untuk tetap fokus pada tujuan saya, saya berusaha mencari sudut yang lebih tenang di warung kopi. Namun, meskipun saya pindah dari satu tempat ke tempat lain, pemandangan yang saya temui tetaplah sama: sekelompok anak muda yang tenggelam dalam dunia permainan game mereka, tanpa memedulikan sekitar.Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana teknologi telah mengubah pola pikir dan perilaku kita, terutama di kalangan anak muda.

Terkadang, saya merasa heran dengan seberapa lama mereka bisa terjebak dalam permainan mereka tanpa merasa bosan atau lelah. Bagi sebagian dari mereka, game bukan hanya sekadar hiburan, tetapi lebih merupakan pelarian dari tekanan dan tuntutan kehidupan sehari-hari. Namun, ironisnya, hal ini seringkali membuat mereka terjebak dalam lingkaran setan di mana waktu berlalu begitu cepat tanpa hasil yang nyata.

Saya juga sering bertanya-tanya tentang dampak jangka panjang dari kebiasaan ini terhadap produktivitas dan kesejahteraan mereka. Menghabiskan terlalu banyak waktu dalam permainan game dapat mengganggu konsentrasi, mengurangi motivasi untuk belajar atau bekerja, dan bahkan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti kecanduan dan depresi.

Selain itu, saya juga merasa prihatin dengan bagaimana budaya game ini telah meredam potensi kreativitas dan inovasi anak muda. Alih-alih mengembangkan keterampilan atau minat baru, mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu di dunia virtual yang sudah tersedia. Hal ini dapat menghambat perkembangan pribadi dan profesional mereka di masa depan. 

Ketika melihat sekelompok anak muda yang terus terpaku pada layar gadget mereka, saya bertanya-tanya tentang kehilangan interaksi sosial yang sebenarnya. 

Warung kopi seharusnya menjadi tempat untuk bertemu teman atau bahkan untuk berdiskusi tentang ide-ide dan proyek baru. Namun, dengan dominasi permainan game, interaksi tersebut seringkali terputus dan digantikan dengan keheningan yang tidak nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun