Fokus adalah satu keadaan di mana seseorang hanya terarah pada satu titik, dan tidak goyah untuk melakukan hal-hal yang dapat menghambat proses sampai kepada tujuan yang dinginkannya. Jika fokus ini disandingkan dengan kata belajar, maka makna yang diharapkan dari perkawinan kata ini adalah sebuah keadaan kondusif, efektif, dan efisien dalam upaya menggali atau mendapatkan ilmu pengetahuan.
Seseorang yang mampu fokus dalam belajarnya, maka ia akan mendapatkan banyak keuntungan. Keuntungan tersebut antara lain seperti; pemahaman yang komplit dari apa dipelajari, serta adanya rasa puas yang merasangsang munculnya kesenangan atas hasil yang telah diraih.
Namun, tidak dapat dipungkiri, untuk berada di kondisi yang fokus, tentu saja memerlukan upaya yang tidak mudah pula. Kadang ada saja hal-hal yang datangnya entah dari luar maupun dari dalam, yang memiliki misi untuk mempengaruhi fokus seseorang dalam belajarnya. Bahkan gangguan tersebut berpotensi dapat menghentikan kegiatan belajar yang sudah dirancang jauh-jauh hari.
Agar seseorang dapat menemukan feel-nya dalam belajar, maka ia perlu mengetahui hal-hal yang kiranya dapat mempengaruhi fokus dalam kegiatannya tersebut. Sudah banyak pembahasan-pembahasan yang berbicara mengenai hal itu. Namun, pada tulisan ini, saya akan membagikan pengalaman pribadi mengenai interaksi saya dengan fokus belajar.
Menurut saya, hal yang paling mendasar agar mendapatkan fokus dalam belajar adalah adanya keheningan. Artinya, tidak ada suara-suara kicauan orang lain di sekitar kita. Biasanya saya akan mencari ruangan yang jauh dari aktivitas manusia. Bisa di perpustakaan, atau di kamar pribadi. Tapi jujur saja, untuk mendapatkan kondisi nyaman seperti ini sekarang amatlah sulit. Bahkan di perpustakaan sekalipun.
Fungsi perpustakaan kini banyak disalah-gunakan oleh pengunjungnya. Saya sering ke perpustakaan daerah di kota kami, dahulu di awal-awal berkunjung ke sana, saya enjoy dan merasa nyaman berlama-lama di tempat itu. Bahkan saya tidak merasa bosan berada di sana meski hampir setengah harian duduk dan membaca.
Namun sekarang apa yang terjadi? Perpustakaan saat ini dijadikan sebagai tempat ngobrol, wadahnya tertawa-canda yang berisik, seperti kelas yang tidak ada ketua kelasnya, atau ketuanya memang ada, tapi ia tak dianggap ada. Ribut. Belum lagi yang menggunakan perpustakaan untuk melampiaskan kerinduan si dua sejoli yang berpacaran, saya makin tepuk jidat dengan kondisi dan suasana macam ini.
Intinya berusahalah untuk mencari tempat, atau ruangan khusus di mana kita tidak bisa diganggu oleh siapapun ketika sedang berselancar di dunia ilmu pengetahuan. Kalau bisa bikin ruangan yang kedap suara, tempatnya nyaman dan bersih, pencahayaan cukup dan perpustakaan pribadi ada di situ. Sungguh saya amat memimpikan ruangan semacam ini. Tapi untuk sekarang, sepertinya hal tersebut hanya mampu saya cipta di imajinasi saja, sedang pelaksanaannya, ini harus memerlukan persiapan dan waktu yang tepat.
Berbicara tentang waktu yang tepat, fokus belajar pun memerlukan kondisi semacam ini agar membuahkan hasil yang memuaskan. Kalau kita tidak mendapatkan tempat yang nyaman dan kondusif, maka cobalah search kira-kira kapan waktu yang tepat kita belajar?