Mohon tunggu...
muhammad nurkholis
muhammad nurkholis Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

pelajar universitas negeri jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan serta Efektifitas Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19

31 Oktober 2022   22:55 Diperbarui: 31 Oktober 2022   23:09 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Muhammad Nur Kholis

Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Pandemi corona Virus Diseases-19 atau yang lebih dikenal dengan covid-19/ virus corona membuat resah masyarakat seluruh dunia, tak terkecuali indonsia. Virus ini awalnya mulai berkembang di Wuhan, China. Wabah virus ini memang penularannya sangat cepat menyebar ke berbagai negara di dunia. Sehingga oleh World Health Organization (WHO), menyatakan wabah penyebaran virus covid-19 sebagai pandemi dunia saat ini.

Sudah banyak orang di seluruh dunia yang terpapar dengan virus ini, bahkan menjadi korban kemudian meninggal dunia. Wabah virus ini telah memakan banyak korban seperti tercatat di negara Tiongkok, Italia, Spanyol dan negara besar lain di dunia. Penyebaran virus ini pun sulit dikenali, karena virus ini baru dapat dikenali sekitar 14 hari.

Namun, orang yang telah terpapar dengan virus ini memiliki gejala seperti demam di atas suhu normal manusia atau diatas suhu 38 C, gangguan pernafasan seperti batuk, sesak nafas serta dengan gejala lainnya seperti gangguan tenggorokan, mual, dan pilek. Apabila gejala tersebut sudah dirasakan, maka perlu adanya karantina mandiri (self quarantine).

Dikarenakan penangan virus ini rumit dan tidak bisa secara sembarangan, mengakibatkan pemimpin-pemimpin di dunia menerapkan kebijakan-kebijakan yang sangat ketat untuk dapat memutuskan rantai penyebaran virusnya. Sosial Distancing atau pembatasan interaksi sosial menjadi kebijakan yang amat berat bagi setiap negara yang akan menerapkannya. Kebijakan ini memiliki dampak yang sangat buruk dalam segala aspek kehidupan warga negara dan bahkan sangat berimbas besar pada negara yang menerapkannya.

Pembatasan interaksi sosial yang terjadi di masyarakat juga berdampak pertumbuhan dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Tetapi masyarakat tidak bisa memilih pilihan yang lain, karena hanya cara inilah yang tepat dan paling efektif untuk memutuskan rantai pertumbuhan covid-19.

Kebijakan sosial distancing berakibat fatal pada perputaran kehidupan masyarakat. Bidang kehidupan yang paling besar memerima masalah paling besar dari adanya sosial distancing ini adalah sektor ekonomi. Hal ini dikarenakan apabila terjadi krisis ekonomi bukan orang-orang yang mempunyai ekonomi kuat melainkan warga yang mempunyai ekonomi yang rendah juga menerima dampak dari krisis tersebut. Ekonomi yang mengalami krisis, akan mengakibatkan tersendatnya atau bahkan tertutupnya kebutuhan primer yang diperlukan oleh masyarakat untuk memenuhinya. Dan apabila hal ini terjadi maka negara akan gelimpungan, terbebani apabila harus memenuhi dan menanggung segala kebutuhan pokok bagi setiap penduduknya.

Bidang pendidikan juga mendapat dampak dari kebijakan yang dilakukan. Keputusan pemerintah yang mendadak untuk meliburkan atau merubah pembelajaran yang awalnya kegiatan pembelajaran di sekolah di alihkan ke rumah masing masing atau yang dikenal dengal istilah PJJ ( pembelajaran jarak jauh) atau pembelajaran online (daring).

Kebijakan yang secara mendadak ini, mengakibatkan banyak kekacauan dibidang pendidikan. Hal ini dikarenakan terjadinya ketidaksiapan sekolah, siswa, guru, dan orang tua. Tetapi yang menjadi faktor utamanya yaitu ketidaksiapan sekolah untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh ini, walaupun pemerintah telah memberikab alternatif solusi dalam memberikan penilaian terhadap siswa sebagai syarat kenaikan atau kelulusan dari lembaga pendidikan disaat situasi darurat seperti ini.

Peralihan cara pembelajaran ini memaksa untuk mengikuti alur yang sekiranya bisa di tempuh supaya pembelajaran jarak jauh ini bisa terlaksana dengan lancar, dan yang menjadi pilihan adalah dengan pemanfaatn teknologi sebagai media pembelajaran daring. Penggunaan teknologi juga bukan tanpa masalah , banyak faktor yang menghambat terlaksananya pembelajaran menggunakan teknologi ini seperti saja penguasaan teknologi yang masih rendah. Dikalangan tenaga pendidik khususnya mereka yang sudah berusia cukup tua. Hal ini dikarenakan pada masa mereka menempuh pendidikan serta mengajar jarang menggunakan atau tidak terlalu masif penggunaan teknologinya. Sebenarnya mereka bukannya tidak bisa tetapi mereka hanya perlu sedikit belajar menggunakannya dan membiasakan menggunakannya. Hal yang serupa juga terjadi pada siswanya. Tidak semua siswa yang diajar oleh guru terbiasa dengan menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari harinya.

Ketersedian perangkat pendukung teknologi juga menjadi masalah lain yang perlu diperhitungkan. Tingkat ekonomi yang rendah menjadikan sebagian siswa tidak memiliki sarana prasana yang diperlukan untuk proses pembelajaran jarak jauh ini. Disekolah pun merak harus berebut dalam penggunaan perangkat telnologi penunjang pembelajaran yang disediakan oleh sekolah karena terbatas.

Selain perangkat ada juga gangguan lainnya yaitu berupa jaringan internet. Terlebih khusus di daerah yang pelosok masih sulit mendapat sinyal maka jaringan internetnya tidak stabil. Selain itu kenaikan penggunaan jaringan internet juga menyebabkan masalah di kalangan masyarakat. Hal ini bukan hanya karna penggunaannya yg meningkat tetapi juga pengeluaran anggaran bulanannya yang bertambah padahal kondisi keuangan mereka saat ini tidak stabil, jangan kan untuk membeli tambahan penggunaan kuota untuk memenuhi kebutuhan pribadi saja kadang kesusahan dikarenakan adanga pandemi ini.

Permaslahan-permasalahan seperti tersebut berkaitan erat dengan teori struktural fungsional yang dikemukakan oleh Talcott Parsons, Ia menjelaskan bahwa struktur dan pranata sosial berada pada suatu sistem sosial yang terdiri dari elemen-elemen yang saling berkaitan, sehingga dapat tercapai keseimbangan di dalamnya. 

Pada dasarnya, fokus utama dari teori struktural fungsional adalah struktur-struktur sosial dan lembaga-lembaga masyarakat berskala besar, antarhubungannya, dan dampak-dampaknya yang memaksa para aktor (penerima pasif dari proses sosialisasi yang dilakukan). Adapun tujuan dari teori ini adalah untuk membangun suatu sistem atau struktur sosial, melalui pengkajian terhadap pola hubungan yang berfungsi antara individu-individu, kelompok-kelompok, atau institusi-institusi sosial yang ada di dalam suatu masyarakat.

Sistem pembelajaran siswa pada tahun ajaran ini berubah akibat dari virus corona (COVID-19) dan dampak dari virus inilah yang kemudian mengganggu fungsi dari sistem yang ada. Sistem pembelajaran tatap muka menjadi sistem yang selama ini sudah biasa dijalankan oleh para institusi, baik sekolah maupun universitas. Namun ketika COVID-19 mulai masuk ke Indonesia beserta wilayah-wilayah di dalamnya, virus ini membuat banyak sistem -- yang sudah terencana -- terpaksa harus diubah. Pembelajaran yang ada kemudian menggunakan teknologi informasi (online) dengan berbagai macam aplikasi yang menunjang kegiatan belajar-mengajar.

Akan tetapi, seperti yang kita lihat bahwa terjadi ketidak berfungsian dalam sistem pembelajaran daring saat pandemi ini, antara pemerintah dengan pihak sekolah. Institusi terkait, seperti pemerintahan dan menteri, memang sudah mengupayakan dengan kerja sama yang dibangun dan penyediaan fasilitas penunjang belajar, namun hal tersebut tidak dirasakan sepenuhnya oleh rakyat kebanyakan, khususnya rakyat yang berada di daerah yang sulit aksesibilitas dan kurang mampu secara finansial. Hal ini menandakan bahwa upaya pemerintah masih belum berfungsi secara maksimal dan menyeluruh. Sementara itu, pihak sekolah juga sudah melakukan bagiannya untuk menaati peraturan pemerintah terkait dengan proses pembelajaran diadakan secara online, lalu merancang kegiatan belajar-mengajar sedemikian rupa agar dapat berjalan seperti biasanya, misal dengan mengadakan kelas online dan mengirimkan materi pembelajaran pada aplikasi pendukung. Namun, hal tersebut masih tetap saja belum cukup bagi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, karena masih ada pula siswa yang tidak memiliki fasilitas pendukung, seperti gawai, kuota internet, laptop, dsb. Pada kenyataannya, fungsi sekolah sebagai institusi pun masih belum maksimal. Ketidakberfungsian secara optimal inilah yang menghambat proses pembelajaran daring, khususnya terkait dengan aksesibilitas siswa dalam pendidikan. Hal itu kemudian berdampak pada sistem pembelajaran yang kurang merata.

Dikarenakan penangan virus ini rumit dan tidak bisa secara sembarangan, mengakibatkan pemimpin-pemimpin di dunia menerapkan kebijakan-kebijakan yang sangat ketat untuk dapat memutuskan rantai penyebaran virusnya. Sosial Distancing atau pembatasan interaksi sosial menjadi kebijakan yang amat berat bagi setiap negara yang akan menerapkannya. Kebijakan ini memiliki dampak yang sangat buruk dalam segala aspek kehidupan warga negara dan bahkan sangat berimbas besar pada negara yang menerapkannya.

Pembatasan interaksi sosial yang terjadi di masyarakat juga berdampak pertumbuhan dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Tetapi masyarakat tidak bisa memilih pilihan yang lain, karena hanya cara inilah yang tepat dan paling efektif untuk memutuskan rantai pertumbuhan covid-19.

Kebijakan sosial distancing berakibat fatal pada perputaran kehidupan masyarakat. Bidang kehidupan yang paling besar memerima masalah paling besar dari adanya sosial distancing ini adalah sektor ekonomi. Hal ini dikarenakan apabila terjadi krisis ekonomi bukan orang-orang yang mempunyai ekonomi kuat melainkan warga yang mempunyai ekonomi yang rendah juga menerima dampak dari krisis tersebut.

Ekonomi yang mengalami krisis, akan mengakibatkan tersendatnya atau bahkan tertutupnya kebutuhan primer yang diperlukan oleh masyarakat untuk memenuhinya. Dan apabila hal ini terjadi maka negara akan gelimpungan, terbebani apabila harus memenuhi dan menanggung segala kebutuhan pokok bagi setiap penduduknya.

Bidang pendidikan juga mendapat dampak dari kebijakan yang dilakukan. Keputusan pemerintah yang mendadak untuk meliburkan atau merubah pembelajaran yang awalnya kegiatan pembelajaran di sekolah di alihkan ke rumah masing masing atau yang dikenal dengal istilah PJJ ( pembelajaran jarak jauh) atau pembelajaran online (daring).

Kebijakan yang secara mendadak ini, mengakibatkan banyak kekacauan dibidang pendidikan. Hal ini dikarenakan terjadinya ketidaksiapan sekolah, siswa, guru, dan orang tua. Tetapi yang menjadi faktor utamanya yaitu ketidaksiapan sekolah untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh ini, walaupun pemerintah telah memberikab alternatif solusi dalam memberikan penilaian terhadap siswa sebagai syarat kenaikan atau kelulusan dari lembaga pendidikan disaat situasi darurat seperti ini.

Peralihan cara pembelajaran ini memaksa untuk mengikuti alur yang sekiranya bisa di tempuh supaya pembelajaran jarak jauh ini bisa terlaksana dengan lancar, dan yang menjadi pilihan adalah dengan pemanfaatn teknologi sebagai media pembelajaran daring.

Penggunaan teknologi juga bukan tanpa masalah , banyak faktor yang menghambat terlaksananya pembelajaran menggunakan teknologi ini seperti saja penguasaan teknologi yang masih rendah. Dikalangan tenaga pendidik khususnya mereka yang sudah berusia cukup tua.

Hal ini dikarenakan pada masa mereka menempuh pendidikan serta mengajar jarang menggunakan atau tidak terlalu masif penggunaan teknologinya.

Sebenarnya mereka bukannya tidak bisa tetapi mereka hanya perlu sedikit belajar menggunakannya dan membiasakan menggunakannya. Hal yang serupa juga terjadi pada siswanya. Tidak semua siswa yang diajar oleh guru terbiasa dengan menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari harinya.

Ketersedian perangkat pendukung teknologi juga menjadi masalah lain yang perlu diperhitungkan. Tingkat ekonomi yang rendah menjadikan sebagian siswa tidak memiliki sarana prasana yang diperlukan untuk proses pembelajaran jarak jauh ini. Disekolah pun merak harus berebut dalam penggunaan perangkat telnologi penunjang pembelajaran yang disediakan oleh sekolah karena terbatas.

Selain perangkat ada juga gangguan lainnya yaitu berupa jaringan internet. Terlebih khusus di daerah yang pelosok masih sulit mendapat sinyal maka jaringan internetnya tidak stabil. Selain itu kenaikan penggunaan jaringan internet juga menyebabkan masalah di kalangan masyarakat. Hal ini bukan hanya karna penggunaannya yg meningkat tetapi juga pengeluaran anggaran bulanannya yang bertambah padahal kondisi keuangan mereka saat ini tidak stabil, jangan kan untuk membeli tambahan penggunaan kuota untuk memenuhi kebutuhan pribadi saja kadang kesusahan dikarenakan adanga pandemi ini.

Perubahan metode pembelajaran dari tatap muka menjadi daring, menjadi tantangan bagi pendidik untuk tetap membangun sikap aktif dan kritis bagi peserta didik, serta dapat pula menjadi sebuah peluang bagi pendidik dan peserta didik dengan memanfaatkan teknologi sebagai peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran.

Pendekatan konsep active learning menurut John Dewey dirasa sesuai dalam pembelajaran secara daring untuk tetap membangun sikap aktif dan kritis dalam diri peserta didik.

John Dewey menganggap bahwa secara alami belajar merupakan proses yang aktif, serta individu mendapatkan pendidikan dengan menggali ilmu serta dapat belajar dari manapun.

Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori learning by doing yang menurut Dewey adalah bahwa siswa perlu terlibat dalam proses pembelajaran spontan.

Belajar aktif mengandung beberapa kiat yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa serta menggali potensi siswa dan guru untuk sama -- sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, dan pengalama (Eveline Siregar, Hartini Nara:108).

Untuk membangun sikap aktif dalam diri peserta didik, pendidik berperan aktif sebagai fasilisator yang membantu memudahkan peserta didik dalam proses belajar, dengan melaksanakan kegiatan belajar yang bermakna, dan dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan. Dalam belajar aktif juga menuntut keaktifan pendidik dan peserta didik untuk membangun interaki, sehingga terjalin komunikasi dua arah yang saling menguntungkan antara pendidik dan peserta didik.

Pembelajaran yang dilakukan secara daring dengan pemanfaatan teknologi serta penggunaan platform digital ini pendidik dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran yang lebih kreatif, imajitatif dan inovatif dengan melibatkan peserta didik secara aktif guna untuk merangsang dan manantang dengan meningkatkan kreatifitas yang sesuai dengan karakteristik pelajaran dan karakteristik siswa.

Dengan keadaan seperti sekarang ini guru atau pendidik dituntut untuk lebih kreatif lagi untuk menyesuaikan keadaan lingkungan. Kurikulum sebagai salah satu elemen dari sistem pembelajaran memang tidak berada dalam ruang hampa udara, karena harus selalu mengikuti perkembangan kondisi lingkungan. Kurikulum yang sudah dengan demikian terstruktur dan sistematis ditetapkan sejak awal, harus segera diadaptasi dengan fakta bahwa siswa dalam kurun waktu yang tidak ada kepastian harus tetap berada di rumah. Walaupun dalam keadaan darurat, KBM harus terus berjalan, untuk tercapainya tujuan pendidikan.

Inovasi berasal dari kata latin innovation yang memiliki arti pembaharuan dan perubahan. Menurut Everett M. Rogers yang dikutip oleh Syaefudin (2011), bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan, kejadian, metode yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil invensi atau diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini yang dimaksud perubahan dikarenakan oleh situasi pandemi covid-19 yang tengah terjadi, yang mengharuskan inovasi perlu dilakukan di segala lini tak tertinggal juga bidang pendidikan. Di bidang pendidikan inovasi yang perlu dilakukan yaitu berupa inovasi kurikulum. Inovasi kurikulum ini berperan strategis karena akan bersentuhan langsung dengan berbagai pihak, terutama peserta didik. Inovasi kurikulum ini sejatinya mengandung makna serangkaian perubahan yang dilakukan pengembang kurikulum untuk beradaptasi dengan perkembangan lingkungan. Dengan demikian akan terdapat perubahan dalam hal tujuan, isi dan bahan pelajaran. Tiga poin inilah yang termasuk dalam komponen kurikulum yang merupakan ruang lingkup garapan bidang kegiatan belajar mengajar. Menurut Nasution (1993:4-7) komponen kurikulum terbagi kepada 4 bagian yaitu: 1) Tujuan, 2) Bahan pelajaran, 3) Proses belajar mengajar, 4) Penilaian. Pendapat Nasution ini secara mayoritas disepakati oleh para pengembang kurikulum di Indonesia dari tahun 1990-an sampai dekade sekarang. Komponen kurikulum berkaitan satu sama lainnya.

Komponen kurikulum yang pertama yaitu komponen tujuan, dimana komponen ini memiliki peran yang sangat strategis disebabkan menjadi awal dari yang memiliki pengaruh mengarahkan komponen lainnya. Tujuan merupakan bagian integral dalam sebuah perencanaan kurikulum karenanya semua sumber daya dapat dikerahkan secara optimal. Komponen tujuan ini juga harus mengalami perubahan dikarenakan kondisi pandemi yang terjadi saat ini, meskipun perubahannya tidak secara total tetap saja perlu adanya penambahan serta pengurngan guna beradaptasi di kondisi sekarang ini. Secara sosiologis tujuan kurikulum dapat kompaitable dalam keadaan yang sedang terjadi sekarang, perlu disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi yang tengah dialami sehingga dapat di implementasikan secara efektif. Perumusan tujuan yang jelas menurut Sanjaya (2007:98) membantu arah dan sasaran yang jelas yang harus dicapai oleh siswa, membantu pengembanngan kurikulum dalam mendesain sistem pembelajaran dan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Pada aspek tujuan ini tidak akan mengalami perubahan pada tingkat tujuan pendidikan nasional dan institusional tetapi akan mengalami perubahan sedikit pada tujuan kurikuler dan tujuan instruksional.

Skenario pembelajaran perlu disiapkan secara matang dalam sebuah kurikulum pembelajaran yang memang dirancang berbasis internet. Mengimplementasikan pembelajaran berbasis internet bukan berarti sekedar meletakkan materi ajar pada web. Selain materi ajar, skenario pembelajaran perlu disiapkan dengan matang untuk mengundang keterlibatan peserta didik secara aktif dan konstruktif dalam proses belajar mereka (Hadi Elyas,2018). Maka strategi yang efektif harus dibuat agar pembelajaran tetap optimal. Dengan berkembangnya teknologi masa kini, pembelajaran bisa dilakukan dengan berbagai sarana misalnya: Media berbasis tex seperti; web, google classroom dan WA, Media sound dan text : WA, Media paduan audio dan video : Zoom, googlemeet, Media perpaduan text, share file, audio dan video yaitu aplikasi Lark. Dalam kaitan ini perlu juga dicermati tentang peran penting dari uji coba terhadap satu jenis aplikasi tertentu sebelum secara operasional diterapkan.

Guru dapat memilih media daring apa yang akan digunakan tergantung rumusan tujuan. Kemampuan guru memilih media dan kemampuan siswa untuk mengaksesnya perlu diperhatikan. Hanya saja dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh sangat bergantung dengan internet. Sementara itu kondisi siswa dan guru di Indonesia sangat beragam baik dari sisi finansial maupun lokasi yang terjangkau dengan internet. Untuk menggunakan fasilitas internet dibutuhkan Hand Phone atau komputer dan ketersediaan sinyal internet, tetapi tidak semua guru dan siswa memiliki fasilitas tersebut. Bagi guru dan siswa yang tidak ada hambatan dengan finansialdan sinyal internet memiliki banyak alternatif, tetapi sebaliknya bagi guru dan siswa yang memiliki hambatan finansial dan/sinyal maka akan mengalami kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas pemerintah dalam hal ini Kemendikbud memberikan solusi dengan memberlakukan layanan pembelajaran melalui media TVRI. Media TVRI pun belum maksimal karena pembelajaran melalui TV hanya berlangsung satu arah dan waktu yang sangat terbatas. Di lain pihak juga, belum semua wilayah yang terjangkau TV dan banyak warga masyarakat Indonesia belum memiliki TV. Dengan demikian pemerintah harus terus melakukan inovasi untuk dapat terlaksananya proses pembelajaran secara efektif.

Penggunaan berbagai platform digital dalam proses pembelajaran dimasa pandemi ini sangat lah bermanfaat, selain memudahkan pendidik dalam melakukan pengajaran dan penyampaian materi, serta bagi peserta didik juga dapat berguna dalam memperluas pengetahuan serta dapat dengan mudah mengakses bahan pembelajaran.

Selain itu, penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran bukan hanya digunakan pada saat masa pandemi ini saja, melainkan bisa digunakan juga setelah keadaan kembali normal dan sekolah menerapkan kembali proses pembelajaran tatap muka, dengan begitu penggunaan platform digital dan teknologi ini bisa dijadikan acuan peluang bagi pendidik dan peserta didik berupa pengalaman untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Menurut Dewey, pengalaman adalah basis pendidikan, atau dalam terminologi Dewey sendiri "pengalaman" sebagai "sarana dan tujuan pendidikan".(John Dewey: 2004). Oleh karena itu, bagi John Dewey, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus-menerus.

Rumusan Dewey tentang pendidikan yaitu semua orang bisa membangun atau mengorganisassikan pengalaman yang bermakna untuk digunakan di kemudian hari.

Inti pendidikan tidak terletak dalam usaha menyesuaikan dengan standar kebaikan, kebenaran dan keindahan yang abadi, melainkan dalam usaha untuk terus - menerus tetapi menurut Dewey (1961:89) dengan menyusun kembali (reconstruction) dan menata ulang (reorganization) pengalaman hidup subjek didik. Keterkaitan pengalaman pembelajaran secara daring dengan pemanfaatan teknologi dimasa pandemi diharapkan pendidik dapat penyusunan kembali (Reconstruction) dan menata ulang (reorganization) rancangan pembelajaran dengan melibatkan teknologi sebagai media penunjang pembelajaran yang berguna membangun sikap aktif dan kritis peserta didik. dengan begitu pendidik menjadikan tolak ukur kedua yang diberikan Dewey untuk menilai pendidikan yang baik dan berbasiskan pengalaman dengan memperhatikan minat, nakat, keinginan, rasa ingin tahu, inisiatif, dan kebebasan individu subjek didiknya sebagai realitas subjek.

REFFERENSI

Arifin, Zaenal.2013.Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Hadi Ilyas, Ananda.2018. Penggunaan Model Pembelajaran E-Learning Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Medan: Jurnal Warta Edisi 56, Universitas Dharmawangsa.

Hidayat.Rakhmat.2011.Pengantar Sosiologi Kurikulum. Rajawali Pers diakses pada-minggu 4 juli 2021.

Nasution,S.1993. Azas-Azas Kurikulum.Jakarta: Bumi Aksara.

Surachman.E.2016. Perencanaan Pembelajaran.Jakarta,Labsos UNJ

Syaefudin,Udin.2011. Inovasi Pendidikan. Bandung: PT.Alfabeta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun