Mohon tunggu...
MUHAMMAD NABIL
MUHAMMAD NABIL Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia biasa yang takluput dari kesalahan dan berjuang mendapatkan kebenaran. As simple As water.

لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّٰهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ ٱللَّٰهِ‎ .

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film "INSIDE JOB"

31 Oktober 2020   13:21 Diperbarui: 1 November 2020   09:19 5928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamualaikum...

 Perkenalkan nama saya Muhammad Nabil, pada kesempatan kali ini saya ingin mereview film dengan panduan yang telah diberikan oleh dosen saya yang bernama Azimah Dianah, S.E., M.Si., Ak. dengan Film yang berjudul INSIDE JOB

 Inside Job merupakan film sangat menarik dan bagus yang bercerita tentang investasi, film dari Charles Ferguson ini mulai ditayangkan pada tahun 2008 silam melibatkan pihak pihak yang memiliki pengaruh yang sangat kuat didalam perekonomian Amerika pada saaat itu yang berupa investor, politisi, pekerja sex komersial, wartawan, dan akademisi. Film INSIDE JOB ini memenangkan Oscar pada tahun 2011 melalui kategori Best Documentary.Feature.Film ini mbercerita tentang krisis keuangan global pada tahun 2008, fitur penelitian dan wawancara ekstensif. Film ini fokus terhadap perubahan dalam industri keuangan pada dekade menjelang krisis , gerakan politik terhadap deregulasi, dan bagaimana perkembangan perdagangan yang kompleks seperti pasar derivatif memungkinkan peningkatan yang lebih luas dalam mengambil resiko pelanggaran peraturan, yang ada difilm untuk dapat mengedalikan resiko/dampak sistematik.

ISI CERITA

 Awal mula kasus dimulai dari pemerintah Iceland yang melakukan deregulasi pada kebijakan ekonominya. Salah satu kebijakannya adalah memprivatisasi 3 bank terbesar disana. Bank tersebut kemudian meminjam $120million, Sepuluh kali lipat GDP negara tersebut. Pinjaman tersebut merupakan pinjaman yang ditujukan oleh seorang jutawan kaya yang memiliki usaha dibidang properti. setelah harga properti meningkat lebih dari dua kali lipat dan harga saham perusahaannya meningkat 9 kali lipat, perekonomian Iceland akhirnya hancur karena gagal bayar hutang dan economic bubble yang tidak terkendali. Kasus ini emrupakan kasus yang tepat yang merepresentasikan apa yang sedang terjadi pada perekonomian dunia di tahun 2008.

 Selama 40 tahun sejak great depression di US, US belum pernah sekalipun mengalami krisis. Hal ini disebabkan oleh karena institusi keuangan yang diatur ketat oleh regulasi. Bank atau institusi keuangan lainnya dilarang untuk terlibat dalam transaksi yang spekulatif. Contohnya, konsep investment banking di era 70-an. Setiap partner menanamnkan uangnya dalam jumlah besar dan mereka sangat konservatif dan berhati-hati untuk menginvestasikan uangnya. Namun hal tersebut berubah sejak adanya deregulasi di sektor keuangan yang menyebabkan banyak institusi keuangan yang go public sehingga investment banking mengelola banyak dana dari masyarakat. Hal ini menjadi moral hazard bagi investment bank agar masuk ke transaksi yang spekulatif. Deregulasi ini diduga terjadi karena pengangkatan Donald Reagan, CEO dari Merryl Linch, Investment Bank terkemuka saat itu, menjadi treasury secretary. 

 Salah satu deregulasi sektor keuangan adalah memperbolehkan bank untuk mengelola dana nasabahnya di transaksi yang beresiko. Deregulasi sektor keuangan dilanjutkan oleh Alan Greenspan, seorang akademisi terkemuka di bidang ekonomi yang pernah terlibat kasus penyalahgunaan uang nasabah yang sempat membuat rugi negara sekitar 127 juta dollar, Robert Rubin yang menjabat sebagai treasury secretaries yang merupakan CEO dari investment bank "Goldman Sachs", dan Larry Summers, seorang profesor ekonomi dari Harvard. Dari latar belakang orang-orang ini dapat kita lihat bahwa adanya kemungkinan kepentingan-kepentingan khusus masuk ke peraturan-peraturan di sektor keuangan.

 Pada akhir tahun 1990, sektor keuangan dibagi-bagi perannya menjadi beberapa perusahaan raksasa yang dimana jika salah satu dari mereka mengalami kesulitan keuangan, maka ekonomi secara keseluruhan akan ikut kesulitan. Bahkan, hal ini diperburuk dengan adanya merger antara citicorp dan traveler yang diprakarsai oleh treasury administration di tahun 1998. Merger tersebut memungkinkan institusi keuangan tersebut menaruh dana nasabahnya ke sebuah investasi beresiko, dimana hal ini sebenarnya melanggar hukum yang telah dibuat setelah great deprresion, yaitu "Glass-Steagal Act". Namun, hal ini dilegalkan dengan meloloskan "Gramm-Leach-Billey Act" sebagai pengganti "GlassSteagal Act".

 Bank-bank yang sangat besar ini dapat menghimpun dana nasabah yang sangat banyak, sehingga memungkinkan mereka untuk menggerakan pasar modal & keuangan sesuai dengan keinginan mereka. selain itu mereka tidak khawatir jika mengalami kesulitan keuangan karena semakin besar suatu bank, maka semakin besar kemungkinan mereka untuk ditolong pemerintah jika kesulitan keuangan.

 Sejak deregulasi di sektor keuangan dimulai, banyak kasus white-collar criminals yang terjadi secara terus menerus. Hal ini diperburuk dengan dikembangkannya suatu produk finansial rumit yang kita sebut sebagai derivative. Investment Banks meng klaim bahwa derivatif membuat sektor keuangan menjadi lebih aman. Namun pada kenyataannya, derivatif membuat pasar menjadi tidak stabil. Derivatif memungkinkan investment banking "bertaruh" pada apapun untuk mendapatkan keuntungan yang berlebih. Investment banking menolak adanya regulasi di pasar berjangka. Penolakan ini dimungkinkan untuk direalisasikan mengingat banyaknya CEO dari investment banking yang memiliki jabatan penting di kepemerintahan.

 Derivatif mangalami perkembangan pesat, ditandai dengan munculnya CDO (Colleteral Debt Obligation), yaitu kumpulan dari hutang-hutang jangka panjang seperti kredit rumah, kredit pendidikan, dan lainnya dan kemudian dibentuk menjadi instrumen keuangan berjenis "futures". Dengan adanya CDO, institusi keuangan mengalami moral hazard dimana mereka bisa saja menerima kredit-kredit yang sebenarnya besar kemungkinannya bagi peminjam untuk gagal bayar. Hal ini disebabkan karena resiko gagal bayar tidak lagi berada pada institusi keuangan, namun pada investor yang membeli CDO tersebut.

 CDO merupakan instrumen keuangan yang beresiko tinggi dengan kemungkinan gagal bayar yang tinggi pula. Namun, para institusi pemberi rating, seperti standard & poor, memberi rating AAA pada CDO sehingga banyak yang percaya bahwa CDO merupakan instrumen keuangan yang beresiko kecil. Terlebih lagi, investment bank lebih suka menjual CDO yang dibentuk dari Subprime mortgage loan, yaitu pinjaman yang beresiko tinggi yang memiliki kemungkinan besar gagal bayar, karena memberikan pendapatan bunga yang lebih tinggi.

 Subprime loan kebanyakan datang dari kredit pembelian rumah dimana kredit tersebut memungkinkan orang yang tidak memiliki pekerjaan untuk melakukan kredit rumah. Kemudahan subprime loans ini akhirnya memicu kenaikan harga rumah secara tidak wajar, yaitu mencapai 194% di akhir tahun 2007, karena semua orang bisa membeli rumah. Meningkatnya pembelian subprime loans menyebabkan kenaikan profit secara tak wajar pada institusi keuangan dan institusi terkait lainnya.

 Housing bubble diperparah dengan tidak diaturnya kredit rumah dan kebijakan SEC yang memperbolehkan bank memiliki rasio leverage yang lebih besar, sehingga memungkinkan investment bank untuk berspekulasi dengan dana lebih besar lagi. Selain penjualan CDO, ada masalah lain yang dilakukan oleh institusi keuangan lainnya, yaitu penerbitan credit default swap oleh AIG. credit default swap adalah semacam produk asuransi untuk CDO yang gagal bayar. Namun, berbeda dengan asuransi lainnya, spekulan yang bahkan tidak memiliki rumah sekalipun bisa saja membeli produk asuransi tersebut.

 Kekalutan yang diciptakan oleh karena pengembangan instrumen keuangan ini disetujui oleh Rajan melalui papernya yang berjudul "Has Financial Development Made the World Riskier?". Rajan berargumen bahwa pemberian bonus bedasarkan profit jangka pendek tanpa tindak lanjut dari kerugian yang mungkin menyertainya dikemudian hari turut andil dalam kebangkrutan bank-bank yang dapat memicu krisis global secara keseluruhan. 

Hikmah-hikmah yang dapat di ambil daari Inside Job:

1. Mengajarkan bekerja keras dengan tanggung jawab yang tinggi

2. Mengingatkan tentang keserakahan dan ketamakan adalah perbuatan buruk yang hanya manis di awal saja dan bisa berdampak buruk bagi orang lainnya

3. Mengajarkan kedisiplinan yang tinggi agar dapat menjalankan amanah dengan semaksimal mungkin dan tidak keteledoran

4. Mengajarkan untuk memiliki keberanian yang besar untuk berpacu melawan masalah didepan mata

5. Mengajak untuk berfikir kritis dalam situasi situasi sulih

Demikian Review film Inside job dari saya semoga bermanfaat bagi anda yang telah membaca, Wasalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun