Mohon tunggu...
Muhammad Al Bushairi
Muhammad Al Bushairi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 20107030015

Perkenalkan Nama Saya Muhammad Al Bushairi, saya berasal dari Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tragedi Jumat Kelabu 23 Mei 1997: Kerusuhan Berbau Politik, Agama, dan Etnik di Banjarmasin

23 Mei 2021   23:16 Diperbarui: 24 Mei 2021   06:21 4212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa bersejarah dari yang menyenangkan hingga yang menyedihkan, sejarah inilah yang akan mempengaruhi perkembangan Negeri ini.Ttidak sedikit sejarah ini membuat luka, dalam kenangan sejarah nusantara.

24 tahun yang lalu , tepatnya pada tanggal 23 mei 1997 di Kota Banjarmasin menyumbang salah satu sejarah yang kelam di Indonesia. Meskipun peristiwa ini tidak telalu banyak di publikasikan namun peristiwa ini menjadi salah satu kerusuhan terburuk pada masa Orde Baru.

Amukan massa yang menyebabkan ratusan jiwa melayang bahkan puluhan fasilitas umum yang dirusak dan dibakar hingga ratusan kendaran roda dua dan empat yang juga ikut menjadi sasaran. Kekejaman dan keberingasan manusia terlihat di kala itu.

Kota yang seketika itu berubah menjadi peristiwa peperangan besar. Kejadikan menjadikan luka bahkan trauma bagi keluarga korban dan merugikan banyak orang. Kerusuhan ini menjadi sejarah pilu dan selalu teringat sampai saat ini.

Tragedi yang diisukan berbau  politik, agama dan etnis ini biasa disebut tragedi jum'at kelabu yang pada saat itu tanggal 27 mei 1997 bertepatan dengan hari jum'at. Peristiwa ini termasuk salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah orde baru. Konon tragedi ini menjadi salah satu pemicu tumbanganya rezim orde baru.

Pada saat itu akan ada acara besar yang dilangsungkan di pusat kota, ini merupakan agenda kempanye besar partai Golkar dalam pemilu dengan mengadakan panggung hiburan rakyat. Hari itu merupakan putaran terakhir kampanye Partai Golkar dalam Pemilu 1997. Awalnya pergelaran acara ini dilaksanakan seusai ibadah shalat jum'at. Namun rencana tersebut tidak terwujud dan seketika berubah menjai tragedi pertumpahan darah.

Pagi harinya, suasana di kota Banjarmasin masih normal seperti hari-hari biasanya. Mulanya kampanye berjajalan tertib. Sekitar pukul 09:00 Wita, kader dan simpatisan partai Golkar berbagi kepada warga berupa sapu tangan bergambar beringin dan nasi bungkus.

Namun sekitar pukul 12:00 sebagain massa dari kampanye golkar yang terdiri dari anak-anak muda dan remaja melakuakan aksi arak-arakan menggunakan sepeda motor sehingga membuat kegaduhan dengan rauangan suara knalpot sepeda motor yang dicopoti.

Mereka mengelilingi kota dan melewati Mesjid Noor di Jalan Pangeran Samudera, walau pada saat itu sudah dicegat oleh pihak keamanan. Namun massa kampanye dan didukung oleh satgas Golkar tetap bersikeras melewatinya dengan dalih bahwa shalat jum'at hampir selesai. sementara itu Jemaah Mesjid Noor masih melaksanakan ibadah sholat jum'at sehingga membuat mereka terganggu. Pada saat itu di daerah tersebut berbasis Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Selesai shalat Jum'at, jemaah marah dan beritanya menyebar dengan cepat ke telinga penduduk di berbagai tempat Kota Banjarmasin. Massa berdatangan dari segala sudut kota untuk menuju kantor DPD Golkar Kalimantan Selatan, bentrokkan pun terjadi antara massa dengan Satgas Golkar dan Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI), yang beraggotakan anak-anak dari keluarga militer.

Di siang hari Pukul 14:00 wita situasi kian tak terkendali. Tidak hanya merusakan kantor DPD Golkar kerusuhan malah semakin meluas. Massa yang awal nya tidak menggunakan senjata, melengkapi dirinya dengan senjata tajam. Mereka bergerak menuju pusat kota yanga mana tempat seharusnya kampanye partai Golkar dilaksanakan. Ketika perjalanan menuju pusat kota diiringi dengan tindakan perusakan sejumlah Gedung, mobil, motor dan fasilitas umum. Hal ini memperparah situsi tersebut.

Mendengar berita tekait kondisi tersebut, pihak manajemen mitra plaza meliburkan karyawan dan mulai menutup jalanan dengan membuat pagar betis agar dapat melindungi kompleks pertokoan. Namun jumlah massa yang lebih besar mereka mampu merusak ruko-ruko yang ada di sepanjang jalan dan menghancurkan mitra palaza. mereka dengan cepat maju kedepan memecah pagar betis petugas bahkan memacahkan kaca-kaca dan masuk kedalam Gedung. aksi penjarahan pun tak terelakkan.

Awalnya Gedung hanya di rusak, kemudian sebuah sedan putih di dorong dan ditabkrakkan ke salah satu sisi Gedung dan dibakar.  Api pun segera menyebar ke seluruh bagian Gedung. Api melahap seluruh empat latai hingga besok hari pukul 9 pagi, sekitar 13 jam lamanya. Tak hanya Gedung mitra plaza, Gedung yang lainnya juga menjadi amukan massa seperti Gedung Junjung Buih Plaza yang berlantai delapan  yang di dalamnya terdapat pusat perbelanjaan, Hotel Kalimantan, dan kantor-kantor perbankan
juga mejadi sasaran.

Mitra Plaza|Sumber foto: Kumparan.com
Mitra Plaza|Sumber foto: Kumparan.com
Saat kejadian berlangsung, banyak pendukung partai Golkar berdatangan dari luar kota, mereka pun tidak mengetahui kejadian tersebut. Banyak diantara mereka saat melakukan perjalan ke Banjarmasin diserang massa. Sebagain lainnya belum sempat masuk kota karena sudah dicegat oleh masyarakat dan aparat.

Tragedi ini berlangsng hingga dini hari, kepulan api dan asap menyelimuti Banjarmasin hingga esok hari. Pasukan keamanan yang terdiri dari prajurit TNI dan Polri beraksi dimalam hari dengan menyisiri  kampung-kampung kecil untuk memburu massa dan para penjarah.

Yang semula hanya melibatkan dua kubu partai politik. Kerusuhan merambat jadi sentimen agama dan etnis. Awalnya isu beredar bahwa Mesjid Noor akan di Bakar. Hal ini membuat massa semakin marah termasuk dari etnis Madura  sehingga menghancurkan beberapa gereja dan satu klenteng. Tak hanya itu, merembet terhadap etnis maluku yang bersitegang dengan orang orang dari Sulawesi selatan (Bugis, Buton, dan Makassar). Ada juga hembusan sentiment anti-China dan membuat permukiman warga Tionghoa juga menjadi sasaran untuk dirusak, dibakar dan dijarah.

Makam Masal korban Jum'at kelabu|Sumber foto: Tribun Kaltim - Trubunnews.com
Makam Masal korban Jum'at kelabu|Sumber foto: Tribun Kaltim - Trubunnews.com
Ratusan penduduk menjadi korban atas tragedi tersebut, tercatat setidaknya  terdapat 142 korban jiwa yang ditemukan, 118 orang luka-luka dan 179 lainnya hilang. Mayat-mayat dikuburkan secara massal di kompleks pemakaman Landasan Ulin, Banjarbaru yang teretak 22 kilometer di sebelah tenggara Banjarmasin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun