Di siang hari Pukul 14:00 wita situasi kian tak terkendali. Tidak hanya merusakan kantor DPD Golkar kerusuhan malah semakin meluas. Massa yang awal nya tidak menggunakan senjata, melengkapi dirinya dengan senjata tajam. Mereka bergerak menuju pusat kota yanga mana tempat seharusnya kampanye partai Golkar dilaksanakan. Ketika perjalanan menuju pusat kota diiringi dengan tindakan perusakan sejumlah Gedung, mobil, motor dan fasilitas umum. Hal ini memperparah situsi tersebut.
Mendengar berita tekait kondisi tersebut, pihak manajemen mitra plaza meliburkan karyawan dan mulai menutup jalanan dengan membuat pagar betis agar dapat melindungi kompleks pertokoan. Namun jumlah massa yang lebih besar mereka mampu merusak ruko-ruko yang ada di sepanjang jalan dan menghancurkan mitra palaza. mereka dengan cepat maju kedepan memecah pagar betis petugas bahkan memacahkan kaca-kaca dan masuk kedalam Gedung. aksi penjarahan pun tak terelakkan.
Awalnya Gedung hanya di rusak, kemudian sebuah sedan putih di dorong dan ditabkrakkan ke salah satu sisi Gedung dan dibakar.  Api pun segera menyebar ke seluruh bagian Gedung. Api melahap seluruh empat latai hingga besok hari pukul 9 pagi, sekitar 13 jam lamanya. Tak hanya Gedung mitra plaza, Gedung yang lainnya juga menjadi amukan massa seperti Gedung Junjung Buih Plaza yang berlantai delapan  yang di dalamnya terdapat pusat perbelanjaan, Hotel Kalimantan, dan kantor-kantor perbankan
juga mejadi sasaran.
Tragedi ini berlangsng hingga dini hari, kepulan api dan asap menyelimuti Banjarmasin hingga esok hari. Pasukan keamanan yang terdiri dari prajurit TNI dan Polri beraksi dimalam hari dengan menyisiri  kampung-kampung kecil untuk memburu massa dan para penjarah.
Yang semula hanya melibatkan dua kubu partai politik. Kerusuhan merambat jadi sentimen agama dan etnis. Awalnya isu beredar bahwa Mesjid Noor akan di Bakar. Hal ini membuat massa semakin marah termasuk dari etnis Madura  sehingga menghancurkan beberapa gereja dan satu klenteng. Tak hanya itu, merembet terhadap etnis maluku yang bersitegang dengan orang orang dari Sulawesi selatan (Bugis, Buton, dan Makassar). Ada juga hembusan sentiment anti-China dan membuat permukiman warga Tionghoa juga menjadi sasaran untuk dirusak, dibakar dan dijarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H