Mohon tunggu...
Muhammad IrvanE
Muhammad IrvanE Mohon Tunggu... Mahasiswa - Irvan

" Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh seorang pemuda "

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

(Mengambil Pelajaran) Menurut kitab Ta'lim Muta'allim

14 Januari 2022   09:39 Diperbarui: 14 Januari 2022   10:15 3865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar : alhikmah.my.id)

Mempelajari kitab menurut ulama adalah merupakan sebuah kewajiban bagi setiap umat Islam yakni salah satunya kitab Ta'alim Muta'allim karangan (Syekh Burhanuddin al-Zarnuji al-Hanafi). Sudah banyak pendidikan yang memperlukan rujukan dari kitab yang disetiap materi merupakan perkataan dari ulama. Sekolah umum maupun Pondok Pesantren terdapat kitab yang merujuk ke perkataan ulama. Umat Islam perlu memahami, mempelajari dan memperluas ilmu pengetahuan agama. Ajaran Nabi Muhammad SAW telah di turunkan kepada para sahabat, maka dari itu perlunya umat Islam memperluas ilmu pengetahuannya. Semua ajaran Nabi terdapat di Al-Qur'an, Hadist dan kitab para ulama.

Belajar tidak memandang dari segi usia, derajat, dan kepribadian seseorang. Semua manusia yang normal maupun yang tidak normal memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu, Siapa pun bisa untuk menuntut ilmu. Karena manusia diciptakan memiliki akal, akal bisa berfungsi ketika mereka memberikan sebuah ilmu untuk di terapkan di kepribadiannya. Ketika seseorang tidak memberi ilmu maka akal yang ia miliki bisa dikatakan sia-sia. Jadi, menuntut ilmu merupakan kewajiban manusia, agar akal yang ia miliki dapat berfungsi dengan baik.

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui pembahasan bab mengambil pelajaran yang merujuk kepada kitab Ta'alim muta'allim. Yakni, membahas tentang waktu pembelajaran, bagaimana menurut senior menuntut ilmu dengan baik, dan akan membahas betapa pentingnya rendah hati ketika memiliki ilmu yang cukup.

Isi kitab Ta'lim Muta'allim :

Kitab Ta'lim karangan Imam al-Zarnuji yang berisi 13 pasal. Yang dimana penulis akan membahas pasal ke 10 tentang Mengambil Pelajaran. Yaitu :

1. Waktu mengambil pelajaran

Seorang pelajar perlu menggunakan waktu luang untuk belajar. Belajar tidak hanya diruang lingkup sekolah saja, akan tetapi belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Seorang pelajar tidak diharuskan untuk membuang-buang waktu luangnya. Ketika seseorang memiliki waktu luang untuk belajar, akan tetapi tidak di isi waktunya dengan belajar maka akan sia-sia ilmu yang telah ia pelajari.

Sebagai mana yang dikutip : " Hapalan akan lari, tapi tulisan tetap berdiri"

dikatakan lagi: "Yang disebut ilmu yaitu segala apa yang didapat dari ucapan ahli ilmu, karena mereka telah menghafal hal-hal yang bagus dari hasil pendengarannya dan mengucapkan yang bagus itu dari hafalan tersebut".

2. Mengambil pelajaran dari senior

Imu pengetahuan didapatkan dari berbagai banyak sumber salah satunya dari buku. Pendidikan bisa melalui keluarga atau orang tua, guru, senior (orang yang lebih tua), lalu dari teman sebaya. Seorang pelajar hendaknya mengambil pelajaran dari para senior dan mencontohi ilmu mereka. Ilmu yang telah didapat perlu untuk diterapkan di dalam karakteristik seseorang. Menerapkan ilmu harus dari sejak dini agar seorang anak memiliki kepribadian atau karakteristik yang baik dan ilmu yang telah diterapkan dari sejak kecil akan menjadi pedoman sekaligus bermanfaat kelak ia dewasa nanti.

Pendapat yang dikemukakan oleh Ustadz Syaikhul Islam dimasa tua ialah :

Banyaklah orang-orang tua yang agung ilmu dan keutamaannya, saya ketemu tapi tidak mengambil sesuatu yang baik daripadanya, maka atas kelewatan tersebut.

Seorang pelajar ketika ingin memahami suatu pelajaran perlu bimbingan orang lain, karena manusia itu memiliki sifat sosial yang harus membutuhkan satu sama lain. Bimbingan yang lebih tua sangat bermanfaat agar lebih mudah untuk memahami suatu materi. Seorang senior itu sudah sepatutnya memiliki banyak ilmu, agar bisa di teruskan kepada yang lebih muda. Maka dari itu seorang yang sedang belajar perlu bimbingan senior yang memiliki banyak ilmu, agar ilmu yang ia dapat tidak salah.

3. Prihatin dan rendah diri dihadapan manusia

Menjadi seorang pelajar harus sanggup menanggung derita hidup yang terpandang rendah di mata manusia, selama menuntut ilmu. Karena seorang murid itu harus bercumbu rayu dengan guru, temannya dan juga orang-orang lain untuk mengambil pelajaran dari mereka.

Ada yang mengatakan : 

"ilmu itu mulya tak bercampur hina, dan tak didapati hanya lewat kehinaan tak bercampur kemulyaan" (maksudnya didapat dengan penuh derita yang terpandang rendah dimata manusia).

Ketika seorang pelajar yang baru memperoleh ilmu akan merasa dirinya lebih pintar dan menimbulkan rasa sombong, lalu seseorang yang telah memungkinkan banyak ilmu, dirinya akan merasa kurang terhadap ilmu yang ia peroleh, dan seseorang yang benar-benar memiliki ilmu banyak, akan merasa tidak ada apa-apanya. Sifat rendah hati kepada sesama manusia harus di terapkan kepada pelajar, agar kelak ketika dirinya merasa cukup dengan ilmu yang telah di dapat, pelajar tersebut bisa menyalurkan kembali ilmu tersebut kepada mereka yang membutuhkan.

Allah SWT berfirman dalam surah An-Najm  :

فَلَا تُزَكُّوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى

  "Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang bertakwa." (QS. An-Najm: 32)

Dalam bab ini menjelaskan tentang bahwasanya waktu adalah sangat penting dalam segala kegiatan, terutama dalam belajar. Belajar memerlukan waktu yang banyak agar seseorang dapat memperkuat ilmu pengetahuannya. Membuang-buang waktu merupakan suatu hal yang akan merugikan, karena waktu senggang sangat dibutuhkan oleh banyak orang, maka sangat beruntung ketika seseorang memiliki waktu luang tersebut.  

Mempelajari ilmu pengetahuanpun harus di bimbing oleh seseorang, karena belajar perlu bimbimngan senior yang memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas, agar ilmu yang didapat merupakan rujukan dari orang yang berilmu. Seseorang yang telah memiliki cukup ilmu tidak sepatutnya untuk menyombongkan dan membanggakan dirinya sendiri. Karena ilmu yang ia dapat merupakan pemberian dari Allah SWT. Allah SWT mengajarkan agar umatnya memiliki sifat yang rendah hati, sifat yang saling membantu satu sama lain. Ketika seseorang yang telah cukup ilmu sebaiknya membagi ilmunya kepada mereka yang membutuhkan.

Demikian pembahasan mengenai Mengambil Pelajaran yang tertera di dalam kitab Ta'lim ini semoga bermanfaat bagi pembaca maupun penulis. Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun