Mohon tunggu...
Muhammad SidikPrasetyo
Muhammad SidikPrasetyo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - MAHASISWA ISI SURAKARTA

SAYA HOBI MENULIS DAN BERMAIN GAME DAN SUKA JALAN JALAN

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Macan Kurung Masterpiece Jepara yang Tengah Tertidur Eksistensinya

18 Januari 2023   15:28 Diperbarui: 18 Januari 2023   15:54 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akulturasi budaya antara Hindu, Cina dan Islam bisa dirasakan dalam karya seniman Jepara. Barulah gaya Eropa berkembang dan masuk ke dalam seni ukir Jepara. Akan tetapi, keberegaman pengaruh budaya dalam seni ukir tidak dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat Jepara kala itu. Ini disebabkan pasar yang di kuasai dan dimonopoli oleh saudagar Cina dan Eropa.

Bersama adiknya, Rukmini dan Kardinah kartini berupaya memperkenalkan ukir di kancah internasional dengan mengirimkan karya masyarakat belakang gunung yang berada di bawah binaan Singowiryo saat pameran Nasional yang diselenggarakan di Den Haag tahun 1898. Alhasil macan kurung yang dikirimkan dapat menarik perhatian dari Ratu Wilhelmina dan Ibu Suri Ratu Emma.

Keikutsertaan dan keberhasilan Kartini, dan dua adiknya Rukmini dan Kardinah membuahkan, alhasil mereka dikenal sebagai putri bangsawan yang berasal dari Jawa yang memiliki perhatian lebih dalam mengembangkan seni dan kerajinan, terlebih seni ukiran Jepara. 

Hal itu bukanlah kebetulan, tetapi karena potensi pengrajin seni ukir dari Jepara membuat produk karya yang indah dan dapat menembus pasar hingga ke Cina, Eropa, dan internasional. Namun, masyarakat masih diterpa kemiskinan seiring berjalannya waktu seni ukir yang dibina Kartini semakin maju dan harga jual yang semakin naik dan tidak di monopoli oleh saudagar menjadikan masyarakat menjadi Makmur.

Saat ini permintaan pasar akan macan kurung bisa dibilang hampir tidak ada. Inilah yang mendasari pengrajin seni ukir tidak lagi membuat ukiran macan kurung melainkah membuat ukiran lain sesuai pasar seperti, kuda, asbak, nama pemesan, atau yang lain sesuai permintaan pasar. 

Di sisi lain teknik yang digunakan begitu istimewa yang mana pengrajin harus memahat sebuah macan, rantai dan bola di dalam sangkar akan tetapi tidak boleh ada pemotongan maupun sambungan antarkayunya. Jika salah sekali saja dapat dikatan gagal. Seperti yang diungkapkan Dekus Haryadi penulis buku "Macan Kurung 

Belakang Gunung", "Memang saat ini pengrajin ukiran macan kurung yang asli sudah sedikit hampir tidak ada akan tetapi banyak juga pengukir yang bisa mengukir dan membuat macan kurung namun sesuai permintaan pasar".

Ukiran macan kurung memiliki arti simbolis, yaitu macan yang berarti buas diasumsikan sebagai niat jahat, bola yang dirantai diasumsikan penahan, kurungan juga diasumsikan sebagai penahan kedua. Ini memiliki arti bahwa niat jahat atau hawa nafsu yang buruk harus dikurung dan ditahan dengan beberapa penahan. 

Jika di implementasikan dalam kehidupan kita harus pandai dan menahan nafsu atau keinginan buruk dengan berbagai cara agar terkendali. Ukir Macan Kurung Jepara dapat dikatakan mahakarya yang sedang tertidur eksistensinya.

KESIMPULAN

Sudah menajdi tugas kita bersama khususnya masyarakat kabupaten Jepara untuk pelestarikan seni dan budaya di kabupaten Jepara, seperti Ukiran Macan Kurung tidak dipungkiri Ukiran Macan Kurung ini sebagai simbol kabupaten Jepara jika punah, lantas apa yang terjadi jika sebuah identitas taklagi berwujud, maka hanya akan tinggal nama. 

Upaya pemerintah dalam pelestarian tentu sangat keras tetapi Kembali lagi jika pasar tidak ada permintaan, maka secara otomatis pengrajin akan beralih ke ukiran yang sesuai permintaan pasar. Upaya dari berbagai kalangan saangatlah membantu seperti pembuatan ukiran macan kurung yang dijadikan suvenir yang mungkin memang tidak menghiraukan dalam teknik pembuatannya yang tanpa adanya sambungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun