Kedungjeruk adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Mojogedang kabupaten Karanganyar. Nama kecamatan ini berasal dari kata mojo yang berarti cita-cita, dan pepadang yang berarti petunjuk, karena di tempat inilah Raden Mas Said mendapatkan petunjuk akan cita-citanya menjadi penguasa setelah mendengar kicauan burung derkuku di wilayah ini.
Sedangkan desa yang kami tempati yaitu Kedung Jeruk berasal dari kata Kedung yang berarti kali atau sungai yang luas atau dalam, sedangkan Jeruk berarti pohon jeruk jadi jika digabungkan berarti ada sebuah pohon jeruk yang berada ditengah-tengah sungai yang besar.
Di desa ini dikenal sebagai desa kesenian yang bernama ledhek karena di desa ini terdapat banyak orang yang berprofesi sebagai ledhek dan banyak juga kelompok kesenian ledhek barangan. Masyarakat desa Sukorejo tidak tahu kapan kesenian ini mulai ada di desa ini. Yang mereka tahu hanya kesenian ledhek ini sudah diwariskan oleh leluhur mereka secara turun temurun sampai sekarang ini.
Ledhek barangan adalah seseorang yang menari yang melakukan pentas dengan cara keliling dari satu tempat ke tempat yang lain dengan diiringi oleh musik gamelan. Selain melakukan pentas dengan keliling mereka juga melakukan dibeberapa acara seperti pernikahan, syukuran, khitanan dll.Â
Dengan menggunakan alat musik bonang, saron, kendang, gong dll dibawa keliling dengan cara dipikul menggunakan pikulan dan gayor, sedangkan ledhek berjalan dengan mendorong sepeda onthel yang menjadi transportasi utama saat melakukan barangan.
Dan di Sidomulyo salah satu dusun di desa Kedung Jeruk, Â dusun Sidomulyo mengadakan bersih desa atau sedekah bumi. Diawali dengan pergi ke tempat petilasan sesepuh dusun tersebut sembari mendoakanya dan dilanjutkan dengan makan bersama sebagai bentuk rasa syukur warga dusun tersebut atas hasil panen atau hasil bumi yang mencukupi kebutuhan warga dusun tersebut.Â
Dilanjutkan dengan hiburan-hiburan seperti campur sari dan reog yang diselenggarakan oleh paguyuban reog dan didukung oleh warga dusun tersebut.Â
Agenda ini dilakukan rutin 2 kali dalam setahun, bertepatan saat setelah waktu panen tiba, pelestarian budaya lokal sangatlah penting dikarenakan dengan tidak adanya pelestarian budaya lokal maka tidak akan ada budaya yang ditinggalkan oleh sesepuh desa tersebut.
Ada beberapa kegiatan rutinan tahunan di desa ini seperti Pordus ( pekan olahraga antar dusun )yang dilaksanakan pada saat menjelang waktu perayaan hari ulang tahun negara INDONESIA, bersih desa atau sedekah bumi dilakukan 2 kali dalam satu tahun, dan ada juga kegiatan rutinan mingguan seperti majelis membaca Al Qur'an, bersih halaman rumah yang dilakukan setiap hari Jum'at pagi, olahraga senam, dll.
Tetapi sudah 2 tahun lamanya beberapa kegiatan desa kedungjeruk ini telah hilang karena adanya COVID 19.
Di masa New Normal ini mahasiswa KKN UIN Raden Mas Said beserta warga desa kedungjeruk mencoba untuk memulai dan menghidupkan kembali kegiatan rutin yang telah ada dan hilang semenjak adanya wabah tersebut.Diawali dengan mengajak seluruh warga desa kedungjeruk untuk menghidupkan kembali kegiatan bersih halaman dan kegiatan mingguan lainya.
Sedangkan untuk kegiatan tahunan sudah mulai dijalankan oleh bapak kepala desa bersama pemuda karangtaruna dan di bantu oleh teman-teman KKN UIN Raden Mas Said.
Secara keseluruhan semua kegiatan terlaksana dengan baik sesuai jadwal dan tidak adanya kegiatan yang belum terlaksana. Hal ini disebabkan adanya dukungan positif ,partisipasi, dan bantuan dari seluruh masyarakat desa sehingga kegiatan ini berjalan dan terlaksana dengan baik.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H