Mohon tunggu...
MUHAMMAD DZAKWANANDRIANA
MUHAMMAD DZAKWANANDRIANA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

saya akan melakukan apa saja yang saya bisa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Serang Banten Menjadi Saksi Bisu Perjuanganku

18 Desember 2023   14:34 Diperbarui: 18 Desember 2023   15:19 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perginya seseorang dari asal dimana ia tumbuh besar ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman, biasa kita sebut dengan merantau ialah sebuah tindakan satu langkah lebih maju dibandingkan orang-orang yang menetap di daerahnya. Perjuangan hidup di kota orang bukanlah sebuah tindakan yang dapat diambil oleh semua orang. Oleh karena itu tak sedikit dari mereka berbangga hati dengan julukan "Anak Perantau".

Tulisan ini kuambil dari kisah nyata temanku yang bernama Ilham. Ia merupakan mahasiswa semester tiga di Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Aku terinspirasi dengan kisahnya dan menurutku ini menarik untuk aku tulis. Seorang lelaki bernama lengkap Ilham Saibatul Hamdi ini berusia 20 tahun, ia berasal dari Kota Bogor. Memang tidak terlalu jauh dari Kota Serang, namun perjuangan nya untuk bertahan di kota orang patut kuacungi jempol.

Aku bertemu dengannya saat awal masuk kuliah. Kami memang tidak sekelas dan tidak berasal dari kota yang sama, namun namanya seorang laki-laki, cepat dalam mengenal banyak orang. Menurut sudut pandangku, ia adalah lelaki yang tangguh, dan jarang sekali aku mendengarnya mengeluh. Awal mengenalnya, aku mengira ia adalah seseorang yang "berada" atau serba berkecukupan, namun seiring berjalan waktu, ternyata pandanganku salah. Ia hebat menyembunyikan kepedihan di balik perjuangannya.

Singkatnya, sudah beberapa bulan kami saling kenal, dan kami pun menjadi semakin akrab. Tentunya banyak hal yang ia tahu tentangku, begitu pula sebaliknya.

 

Kini aku sering mendengar keluhannya bahwa ia homesick atau rindu dengan rumah. Terkadang juga aku mendengar bahwa keuangannya sedang menipis dan merasa tidak enak jika harus meminta sebelum orang tua nya memberi.

Menurut Ilham, ketika ia siap pergi merantau maka secara tidak langsung ia siap mengambil resiko dengan tanggung jawab yang akan ia pikul dengan sendirinya. Memutuskan pilihan untuk keluar dari zona nyaman memang merupakan tantangan khusus untuk diri pribadi, akan tetapi untuk melalui hidup diperantauan akan mengajarkan arti sesungguhnya bahwa hidup ini butuh tekad dan semangat yang kuat. Susah dan senang akan di alami ketika sudah merantau ditanah orang dan akan ada banyak hal yang membuatmu merasakan bahwa hidup ini sangatlah berarti. Memang akan akrab dengan kesepian, kesendirian, kerinduan dan bahkan ketika semua itu tidak terbendung lagi maka akan menangis. Yang menjadi problematika utama orang perantau ialah kerinduan yang sangat mendalam yang dirasakannya. Bahkan ketika rindu itu sedang melanda dan ketika tidak bisa bercerita kepada siapapun maka sedih yang teramat dalam akan di rasakan sendirian. Sejujurnya, kesedihan terberat yang ada di hati anak perantau adalah ketika jauh dari ibunya.

Merantau mengajarkan sahabatku untuk tetap bertahan bersama tekad yang kuat dengan pendirian yang kokoh, dengan itu juga akan membuat Ilham memastikan bahwa keringat yang ia keluarkan adalah bukti dari perjuangan nya. Air mata, keringat, dan tenaga akan terbalaskan dengan kesuksesan yang Ilham harapkan. Hidup yang mengharuskannya untuk hemat, permasalahan yang di selesaikan dengan buah pikirannya sendiri, mental yang lebih tangguh yang ia miliki, kehilangan momentum hari raya besar bersama keluarga, terganggunya kesehatan, itu semua merupakan bagian dari perjuangan anak perantau. Menjadi seorang anak rantau, berjalan di kota orang, tiada sanak saudara, hanya teman sebagai andalan, begitulah nasib sebagian orang saat ini. Termasuk Ilham, ia berjalan kesana kemari hanya untuk mencari setitik ilmu. Hanya bisa mengingat kata-kata terakhir orang tua yang memberikan motivasi untuk Ilham dalam membentuk kesabaran dalam hati agar Ilham bisa menerima keadaan hidup di tanah

 

perantauan walau terkadang keadaan tidak seperti yang ia inginkan, tapi itulah yang harus Ilham lalui.

Hasil itu tidak akan pernah mengkhianati sebuah usaha, entah seberapa jauh kamu bekerja keras, entah seberapa lelahnya kamu, entah seberapa jauh perjuanganmu. Namun, semua kerja keras, rasa lelahmu dan perjuanganmu akan dibayar lunas, suatu saat nanti. Di dalam hati dan langkah kaki, tercipta sebuah impian untuk mewujudkan sebuah harapan dari orang yang senantiasa menanti di sana. Merantau akan memberikanmu banyak pengalaman hidup. "Pergilah sejauh mungkin, tapi jangan sampai lupa pulang."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun