UMKM Kerupuk Petis Tanjungmojo Tembus Pasar Luar Kota, Dapat Dukungan Mahasiswa KKN MIT 18 UIN WALISONGO Semarang
Tanjungmojo, Kendal - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) produsen kerupuk petis di desa Tanjungmojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Kerupuk Petis "Dua Rasa" milik Ibu Tun telah berhasil menembus pasar di luar kota dan memperluas jangkauan pemasarannya. Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan mahasiswa KKN dari Posko 118 KKN MIT18 UIN Walisongo Semarang yang ditempatkan di desa tersebut.
Dengan lima karyawan, usaha ini mampu memproduksi hingga 2 kuintal kerupuk dalam sekali proses penjemuran. "Kami memulai proses produksi pukul 07.00 pagi dengan menggiling bahan baku," ujar Ibu Tun. Proses produksi melibatkan dua kali penjemuran, pertama setelah adonan dibuat, dan kedua setelah dibumbui.
Kerupuk Petis "Dua Rasa" menawarkan dua varian produk: kerupuk petis udang dan kerupuk petis ikan. Bahan-bahan yang digunakan meliputi tepung tapioka, air panas, dan bumbu dapur. Untuk varian udang, mereka menggunakan bumbu petis, sementara varian ikan menggunakan bumbu dapur biasa. "Semua bahan dasar kami sudah memiliki label halal," ujar Ibu Tun.
Keunikan dari proses produksi mereka adalah penggunaan metode tradisional dalam membentuk kerupuk. "Kami tidak menggunakan cetakan, melainkan langsung memotong-motong adonan secara manual," jelas Ibu Tun.
Produk unggulan mereka, kerupuk petis udang, telah berhasil menembus pasar Batang dan Semarang. Harga jual bervariasi, mulai dari Rp5.000 untuk ukuran Kg hingga Rp95.000 untuk satu bal berisi 5 kg. "Untuk pembelian lebih dari 10 bal, kami menawarkan harga grosir Rp90.000," ujar Ibu Tun.
Mahasiswa dari Posko 118 KKN MIT18 UIN Walisongo Semarang yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di desa Tanjungmojo turut berkontribusi dalam pengembangan UMKM ini. Mereka membantu dalam hal pemasaran digital dan pengemasan produk yang lebih menarik.
"Bantuan dari mahasiswa KKN sangat berharga bagi kami. Mereka mengajarkan kami cara memanfaatkan media sosial untuk promosi dan membantu kami merancang kemasan yang lebih modern," ungkap Ibu Tun.
Meski masih mengandalkan metode tradisional, Kerupuk Petis "Dua Rasa" kini lebih aktif dalam pemasaran online. Menjelang hari raya Lebaran, mereka memanfaatkan jasa sales dan platform online untuk menjual produk. "Ini sangat membantu meningkatkan penjualan kami," ungkap Ibu Tun.
Tantangan utama yang dihadapi oleh usaha ini adalah ketergantungan pada cuaca dalam proses penjemuran kerupuk. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat Ibu Tun dan karyawannya untuk terus berproduksi.
Ibu Tun juga menerapkan sistem kerja yang fleksibel bagi karyawannya. "Kami memberikan kebebasan kepada karyawan untuk mengatur waktu libur mereka sendiri, selama tidak mengganggu proses produksi," jelasnya.
Keberhasilan Kerupuk Petis "Dua Rasa" menjadi bukti nyata bahwa UMKM di desa Tanjungmojo mampu bersaing di pasar yang lebih luas. Dengan mempertahankan kualitas produk, mengadopsi strategi pemasaran yang tepat, dan mendapat dukungan dari mahasiswa KKN, usaha ini tidak hanya menjaga kelestarian kuliner tradisional, tetapi juga berkontribusi pada perekonomian desa dan membuka lapangan kerja bagi warga setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H